Indonesia Taklukkan Korea Selatan 3-0

>> Friday, June 25, 2010

Oleh Cardiyan HIS


Arogansi Huh Jung Moo kena batunya dihadapan Ronny Pattinasarany. Pemain terbaik turnamen Marah Halim Cup 1981 di Medan (Sumatra Utara) ini tak berkutik dan gagal mengulang sukses tim Korea Selatan yang menjuarai Marah Halim Cup karena kalah telak 0-3 dari Ronny Patti dkk di stadion Senayan, Jakarta. Sebuah “Pelajaran Sepakbola Indonesia” lagi yang berhasil dipetik hikmahnya oleh Negara lain yang kemudian jauh meninggalkan Indonesia sekarang ini.


Huh Jung Moo adalah pahlawan Korea Selatan. Pelatih tim nasional Korea Selatan ini telah membawa timnas Korea Selatan ke babak dua Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dengan status runner-up grup B, di bawah Argentina. Huh Jung Moo akan memutar lebih keras lagi otaknya karena hari Sabtu, 26 Juni 2010 jam 21.00 WIB ini, Korea Selatan akan berhadapan melawan tim kuat Amerika Latin yakni timnas Uruguay, yang berhasil menjuarai grup A secara meyakinkan.

Bagi Huh Jung Moo hal ini menjadi lebih bermakna, karena ini yang pertama bagi Korea Selatan lolos ke babak kedua di luar kandangnya dalam sejarah keikutsertaannya sebagai pelanggan wakil Asia ke Piala Dunia. Pencapaiannya sebagai asisten pelatih Guus Hiddink yang meloloskan Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia 2002 sering “disinisi” karena berlangsung di kandangnya sendiri, Seoul.

Huh Jung Moo, termasuk salah seorang dari sedikit orang di dunia yang meraih sukses cemerlang sebagai mantan pemain tim nasional maupun sebagai pelatih tim nasional. Siapa sangka Huh Jung Moo adalah pemain yang pernah meraih sukses sebagai “The Most Valuable Player” pada turnamen bergengsi di Asia yang masuk dalam kalender FIFA, Marah Halim Cup, Medan, 1981. Timnas Korea Selatan berhasil menjuarai turnamen Marah Halim Cup setelah mengalahkan tim nasional Jepang 3-2 dan sekaligus menobatkan Huh Jung Moo sebagai pemain terbaik.

Pencapaian Huh Jung Moo ini mengalahkan seniornya, Cha Bum Keun. Cha adalahpemain tim nasional Korea Selatan pertama yang merumput di luar negeri yakni di Bundesliga Jerman Barat pada klub Bayer Leverkusen. Kehebatan Cha Bum Keun diturunkan kepada Cha Doori, anak kandungnya sendiri yang bermain sebagai bek kanan Korea Selatan di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan ini. Mengapa? Karena meskipun Cha Bum Keun terpilih sebagai pemain terbaik turnamen Marah Halim Cup 1975, tetapi ia gagal membawa tim nasional Korea Selatan juara; kalah 0-2 dari kesebelasan Australia. Nah, kemudian selepas turnamen Marah Halim Cup ini, Huh Jung Moo mengikuti jejak seniornya Cha Bum Keun yang sudah pensiun, dan diterima sebagai pemain pada klub yang sama, Bayer Leverkusen.

Sebagai tim yang menjuarai Marah Halim Cup, sebelum pulang ke negerinya tim nasional Korea Selatan ini diundang oleh PSSI untuk bertanding di stadion utama Senayan. PSSI secara resmi menunjuk klub juara Galatama Indonesia pertama 1979; Warna Agung, untuk mengusung nama baik Indonesia. Disinilah pertaruhan nama baik Huh Jung Moo ternoda. Ini gara-gara ulahnya sendiri yang terlalu arogan. Yang memandang sebelah mata kesebelasan Warna Agung juara kompetisi Galatama Indonesia ini meskipun di Korea Selatan sendiri K-League belum ada seperti sekarang ini.

Dan arogansi Huh Jung Moo kena batunya. Karena tim Korea Selatan ini menemui lawan yak tak bisa dibilang enteng. Huh Jung Moo yang bertindak sebagai kapten ternyata bermain sangat emosional. Sedikit saja ada pelanggaran terhadap pemain-pemain Korea Selatan, ia memprotes sangat keras kepada wasit. Malah dilakukan dengan sangat tidak sopan yakni sambil berkacak pinggang dan bahkan dengan sedikit meludah.

Maka pertandingan menjadi benar-benar milik Indonesia. Ronny Patti sebagai libero terbaik Indonesia memimpin orchestra sepakbola Indonesia dengan indahnya. Di bawah mistar kiper Endang Tirtana tampil sangat prima dan berhasil melakukan beberapa kali safety gemilang. Warta Kusumah, stopper, yang dikader Ronny Patti sebagai cikal bakal penerusnya, bersama seniornya bek kanan Simson Rumahpasal dan bek kiri Marcelly Tambayong, sangat taktis dalam merebut bola dan kemudian mengalirkannya ke barisan gelandang. Ada Budi Riva disini, seorang gelandang genius menurut penilaian pelatih tim nasional Indonesia ke Piala Kaisar Jepang 1977 dan juga pelatih Persija Jakarta; Marek Janota. Di barisan gelandang Budi Riva bahu membahu dengan Gusnul Yakin dan gelandang muda cemerlang Rully Nere plus gelandang sayap gantung; Robby Binur. Seperti mutiara-mutiara hitam asal Persipura, Robby Binur ini sangat luar biasa dalam melakukan dribble bola melewati satu-dua pemain lawan. Sedangkan duo penyerang Warna Agung adalah sang senior striker Risdianto yang sangat tajam menjadi semakin tajam lagi dengan kehadiran yunior striker asal Persipura pula; Stevanus Sirey.

Stevanus Sirey inilah yang memporak-porandakan barisan belakang lawan karena kecepatan sprint pendeknya dalam menembus tembok Korea Selatan. Ini tak bisa dilepaskan atas kejelian Risdianto dalam mengelabui bek Korea Selatan untuk melakukan tik-tak dengan Sirey. Dua gol yang dicetak Sirey berasal dari pola serangan seperti itu, karena pelatih Drg. Endang Witarsa sudah sangat hapal tipikal Korea Selatan. Endang Witarsa memang menjadi pelatih timnas Indonesia sejak jaman melatih Soetjipto Soentoro dkk dalam menggunduli Korea Selatan dan Jepang di turnamen-turnamen bergengsi di Asia seperti Merdeka Games, Kuala Lumpur (Malaysia); King’s Cup, Bangkok (Thailand); Aga Khan Gold Cup, Dhaka (Pakistan Timur ketika itu); Piala Sukan (Singapura). Kelemahan para pemain belakang Korea Selatan yang tinggi besar adalah kekakuan dalam membalikkan badan. Dan bermain tik-tak cepat adalah keunggulan para pemain Indonesia seperti Risdianto dan Sirey yang dimanfaatkan betul kemampuan keduanya oleh pelatih Endang Witarsa, untuk menjebol tembok Korea Selatan.

Namun Indonesia tak hanya bermain tik-tak di kotak penalti lawan. Satu gol yang mengukuhkan kemenangan Indonesia 3-0 atas Korea Selatan disarangkan begitu cantik dan telak. Bermula dari serangan melalui sayap gantung Robby Binur begitu cantiknya. Setelah melewati dua pemain Korea Selatan, Robby memberikan umpan tarik sangat cantik ke Risdianto. Si “Gayeng” (julukan khas untuk Risdianto) ini tak menendang ke gawang Korea Selatan tetapi meloloskan di sela kedua kakinya. Karena Risdianto melihat Stevanus Sirey coming from behind lebih pas untuk mengeksekusinya sebagai gol. Gol luar biasa, bersarang begitu telak di gawang Korea Selatan; Stevanus Sirey membuat hattrick!!!

Dan Huh Jung Moo sebagai kapten Korea Selatan semakin frustasi memimpin rekan-rekannya. Puncaknya adalah ketika seorang pemain belakang Korea Selatan melakukan pelanggaran di kotak penalti dan wasit memberikan hadiah penalti untuk Indonesia. Huh Jung Moo protes sangat keras sambil meludah dan wasit mengganjar kartu kuning untuknya.
Ronny Patti mengambil tendangan penalti. Penonton di Senayan bersorak gembira dan berharap Indonesia mencukur Korea Selatan dengan 4-0. Maklum kemenangan terakhir Indonesia atas Korea Selatan terjadi pada tahun 1972 ketika Iswadi Idris dkk mengalahkan timnas Korea Selatan 4-2 di final turnamen Jakarta Anniversary Cup. Ronny Patti dengan tenang dan percaya diri ancang-ancang untuk menendang. Dan ternyata …….. Ronny Patti dengan sengaja melakukan tendangan jauh melebar ke samping kanan!

Rupanya Ronny Patti tak ingin Korea Selatan, juara Marah Halim Cup 1981 dipermalukan demikian dalam. Ronny masih punya cara menundukkan arogansi Huh Jung Moo, dengan cara Ronny Patti sendiri yakni bermain elegan dan sportif. Ronny Patti pemain paling cerdas yang pernah dimiliki oleh Indonesia versi kapten timnas Soetjipto Soentoro telah memberikan “pelajaran sepakbola Indonesia” kepada Huh Jung Moo. Ronny Patti telah meninggalkan kita selamanya yang bersama senior-seniornya almarhum Soetjipto Soentoro, Iswadi Idris dkk telah berhasil menempatkan Indonesia secara terhormat di Peta Sepakbola Asia, meskipun mereka tak berhasil meloloskan Indonesia ke Piala Dunia karena jatah Asia di jamannya hanya 1 (satu) Negara saja. Sementara Huh Jung Moo yang merasakan “Pelajaran Sepakbola Indonesia” telah menikmati ajang Piala Dunia dua kali sebagai pemain nasional maupun kemudian sebagai asisten pelatih kepala Guus Hiddink dan sekarang sebagai pelatih kepala tim nasional Korea Selatan ke Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Semoga kiprah Huh Jung Moo berlanjut dengan meloloskan Korea Selatan ke tahap lebih terhormat lagi, mewakili kehormatan benua Asia bersama timnas Jepang.

www.cardiyanhis.blogspot.com

Read more...

Indonesia Hancurkan Jepang 4-0

>> Thursday, June 24, 2010

Oleh Cardiyan HIS


Kesebelasan nasional Jepang sejak awal memang diniatkan untuk belajar kepada Indonesia sebagai “Brazil Asia”. Dan Ronny Patti dengan telak memberikan pelajaran kepada Jepang; bagaimana cara bermain bola yang baik.



Sejarah itu penting untuk menginspirasi. Termasuk sejarah kejayaan kesebelasan Indonesia atas Jepang. Sayang Indonesia tidak berhasil memanfaatkan sejarah kejayaan sepakbola Indonesia masa lalu kepada kemajuan sepakbola di masa sekarang. Malah Jepang yang berhasil memanfaatkan “pelajaran sepakbola Indonesia” sampai kepada level dunia dengan menjadi pelanggan Piala Dunia bersama Korea Selatan. Dan terakhir bahkan lolos ke babak kedua dengan menghancurkan juara Eropa 1992, Denmark, dengan skor telak 3-1.

Indonesia selalu diundang sebagai satu-satunya tim Asia selain Jepang sebagai tuan rumah “Piala Kirin” atau Piala Kaisar bersama klub yang mewakili satu benua Eropa dan satu Amerika (Amerika Latin). Meskipun tak pernah menjuarai Piala Kaisar, Indonesia tetap menjadi prioritas tujuan uji coba timnas Jepang. Jepang pun belajar kepada kompetisi sepakbola Galatama Indonesia (dimulai tahun 1979 di era Ketua Umum PSSI, Ali Sadikin) ketika mempersiapkan J-League yang diluncurkan lebih belakangan yakni pada tahun 1992.

Inilah yang terjadi dengan timnas Jepang yang dipersiapkan untuk olimpiade ini melakukan ujicoba pertama ke Indonesia tahun 1981. Tim nasional Indonesia dikapteni Ronny Patti bersama rekan pemain senior seperti Risdianto (striker), Simson Rumahpasal (belakang kanan) membimbing pemain-pemain muda penuh bakat seperti Purwono (kiper), Warta Kusumah, Nasir Salasa, Didik Dharmadi, Berti Tutuarima (belakang), Herry Kiswanto, Rully Nere, Budi Johanis, Metu Duaramuri (gelandang), Hadi Ismanto (striker). Intinya pemain inti timnas Indonesia berada pada poros Ronny Patti-Herry Kiswanto-Risdianto.

Memiliki wing back keren pada diri Simson Rumahpasal (di kanan) dan Didik Dharmadi (di kiri), serangan Indonesia berlangsung sangat indahnya. Dribble maut keduanya kerap mengundang decak kagum karena melewati beberapa pemain belakang Jepang dan mengiris sampai ke garis gawang mereka. Maka umpan tarik Simson maupun Didik diselesaikan dengan indah pula oleh Risdianto dan Hadi Ismanto. Sementara pasca serangan gagal timnas Jepang diselesaikan dengan cerdas dan cepat oleh Ronny Patti mengumpan ke Herry Kiswanto (gelandang bertahan) dan meneruskannya kepada Rully Nere atau Metu Duaramuri atau juga Budi Johanis untuk main tik-tak yang menawan dengan Risdianto/Hadi Ismanto di kotak penalti Jepang.

Ronny Patti yang “ditemukan” oleh Wiel Coerver sebagai “libero baru Indonesia” bagai seorang dirigen sebuah orchestra indah sepakbola Indonesia. Dan ini bisa dimainkannya dengan sempurna karena Ronny memiliki visi permainan yang hebat, sangat cerdas dalam merancang settpiece bola mati bagi Indonesia, pandai mengantisipasi umpan terobosan lawan, pengumpan dengan akurasi di atas 90% meskipun tanpa melihat rekannya berada jauh di depan. Ronny beruntung didukung pula oleh pemain-pemain bertalenta luar biasa. Simson dan Didik memiliki kemampuan dribble yang luar biasa cepat tetapi bola tetap lengket melewati satu-dua bahkan tiga pemain Jepang. Warta dan Nasir Salasa memiliki kemampuan bertahan dan merebut bola sangat baik. Gelandang Indonesia pada diri Herry Kiswanto, Budi Johanis, Mettu Duaramuri dan Rully Nere ibarat kuartet gelandang timnas Perancis era Michael Platini-Jean Tigana-Alain Giresse-Luiz Fernandez, yang menjuarai Piala Eropa pada tahun 1984. Rully Nere bahkan dijuluki “Jean Tigana Asia”. Bagaimana Rully dapat merebut bola dengan tackling sangat bersih dari belakang berkat bimbingan pelatih Wiel Coerver. Mettu adalah “Mutiara Hitam” Persipura yang kalau berada di kompetisi Eropa adalah persis pemain timnas Perancis dan klub Juventus, Lilian Thuram. “Si Akang” Herry Kiswanto, pemain asal Persib Bandung ini adalah seorang breaker pasca Nobon yang berkelas Asia bahkan Eropa seperti diakui Wiel Coerver atau sedikitlah di bawah Gatusso dari AC Milan. Dan Risdianto adalah pemain Indonesia pertama yang dipuji habis oleh Pele (klub Santos) sebagai striker terbaik di Asia. Risdianto membuat hattrick ketika Indonesia kalah 3-5 lawan klub Santos. Pele kemudian ketemu lagi Risdianto ketika klub terakhirnya Cosmos, New York melawan timnas Indonesia di Senayan.

Dengan komposisi pemain seperti itu, Jepang kalah telak 0-4 dari timnas Indonesia. Ada settpiece sangat indah dari satu gol Indonesia ini. Ronny mengatur Risdianto agar berdiri pada pagar pemain-pemain Jepang dan menyuruh Hadi Ismanto, pemain dengan kecepatan lari 10,5 detik/100 meter di pinggir kanan pagar pemain Jepang. Ronny dengan hebat mencungkil bola melewati pagar pemain Jepang dan Hadi Ismanto berlari sangat cepat lolos dari perangkap offside untuk berhadapan langsung dengan kiper Jepang, Taguchi. Itulah kemenangan terakhir yang diraih Indonesia atas Jepang.
“Pelajaran Sepakbola Indonesia” benar-benar sangat dimanfaatkan Jepang. Keunggulan pemain Indonesia dalam sprint pendek dipelajari oleh mereka. Kelenturan tubuh dalam membalikkan badan pada para pemain belakang Indonesia dipelajari secara ilmiah. Karakter permainan Indonesia yang lebih mirip atau lebih condong ke Brazil -----dan arena itu Indonesia dijuluki oleh President FIFA, Sepp Blatter sebagai “Brazil Asia”----- benar-benar dipraktekkan Jepang dengan mengundang para pemain Brazil dan pelatih Brazil ke J-League pada tahun 1992. Sebelum itu pada tahun 1989, pemain Indonesia Ricky Jacob diundang untuk bermain di klub Matshushita Electric, Japan.

Jepang berhasil mengelola kompetisi dengan baik karena para stake holder bekerja secara professional; kemajuan dunia industrinya sangat mendukung kompetisi level tertinggi di Asia ini sehingga baik pelatih maupun pemain berkelas dunia mau merintis karier disini; pengurus “PSSI Jepang” bekerja total untuk kemajuan organisasi dan bukan bekerja untuk mencari keuntungan di organisasi; para “bobotoh” pun sangat sportif, tidak berperilaku anarkis dan tak terus menuntut klub harus terus-terusan menang berbeda dengan para bobotoh di Indonesia. Tak heran, bila timnas Jepang performanya sangat kece; jauh dengan timnas PSSI yang dipimpin dua periode kepengurusn Nurdin Halid ini terus-terusan prestasinya memble.

Read more...

Kirim lagu: Ada Alumni ITB suka pakai jins dan sepatu putih ?

>> Tuesday, June 15, 2010

Sepatu Putih Menghiasi Kaki Si Nona
Celana Jins Menemani Penampilannya
Acuh Tapi Bersahaja
Serasi Dipandang Mata
Siapa Dia Siapa Namanya




Quiz:
Hayo, siapa nama Alumni ITB yang suka pakai jins dan sepatu putih waktu kuliah dulu ?


Jika sudah tidak sabar ingin kenalan dengan Alumni ITB yang suka pakai jins dan sepatu putih waktu kuliah dulu, sambil mendengar lagu berirama reggae dengan variasai suara tiupan terompet, klik dan mainkan lagu di bawah ini.






Selamat ber-reggae-ria,

:-)
99Venus Team


-----------------------

Read more...

Mentari - Iwan Abdurahman

Lagu Slow Yang Penuh Dengan Semangat..
Hatur nuhun ka Abah Iwan Abdurahman atas lagunya yang edun dan buat Hanif a.k.a. Prince Strat serta Astri atas musik dan vokal yang ciamik, terakhir tentu saja hatur nuhun kanu gaduh alam dunya.


Read more...

Menunggu solusi: Kegagalan Makro Ekonomi Indonesia

>> Monday, June 14, 2010

From: Moderator (IA-ITB-owner@yahoogroups.com)
To: IA-ITB@yahoogroups.com
Cc: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 15, 2010 10:47 AM
Subject: [Senyum-ITB] Menunggu solusi: Kegagalan Makro Ekonomi Indonesia





Artikel yang ringkas tapi langsung menuju ke akar masalah selama 65 th sejarah kemerdekaan Indonesia !
Sudah naik ke blog IA-ITB dan sekitar 30 menit lagi akan naik ke mesin pencari Google. Terima kasih !
Klik http://ia-itb.blogspot.com/2010/06/kegagalan-makro-ekonomi-indonesia.html

Nah sekarang, bagaimana solusi untuk memecahkan masalah yang sudah mengurat mengakar selama 65 th ini ?



Jabat erat,
- Bu Moddy sedang ngoprek blog IA-ITB sambil makan sayur asem :-)


----- Original Message -----
From: Rachmad M
To: IA-ITB@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, June 15, 2010 10:21 AM
Subject: [IA-ITB] Kegagalan Makro Ekonomi Indonesia




a. Menstabilkan kegiatan ekonomi
b. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi
c. Menghindari masalah inflasi
d. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh
e. Mewujudkan kekukuhan neraca pembayaran dan kurs valuta asing

Hasil diatas diperoleh dari google yang menunjukan tujuan daripada Makro Ekonomi. Dua hal yang gagal dikendalikan di Indonesia sepanjang kemerdekaannya adalah Inflasi yang tinggi serta kestabilan mata uang rupiah (kurs).

Kedua hal ini telah dikemas sedemikian rupa sehingga kegagalan ini menjadi sebuah berkah. Inflasi yang tinggi dirasakan oleh masyarakat sebagai keuntungan, karena dengan demikian maka cicilan rumah akan menjadi sangat murah setelah sekian tahun berjalan.

Demikian juga dengan devaluasi mata uang rupiah, secara resmi pada era orde baru diumumkan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar internasional.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada tanggal 7 Maret 1946 : Devaluasi rupiah sebesar 29,12%. Semula US$ 1 = Rp 1,88 menjadi US$ 1 = Rp 2,6525. Akan tetapi nilai tukar US$ dipasar bebas 19,50 pada Januari 194. Sehingga dapat kita bayangkan bahwa rupiah yang tadinya bernilai 1,88 hingga saat ini berkisar menjadi 9.000 per dolar US. Tentu angka yang sangat besar sekali.

Memang benar ekonomi tidak akan berhenti berputar berapapun inflasi dan devaluasi yang terjadi, karena hakekatnya semua saling membutuhkan barang dan jasa yang tersedia dipasar sehingga terjadi penyesuaian-penyesuaian. Namun untuk mencapai kesetimbangan baru dibutuhkan waktu pemulihan dan pada saat itu banyak jatuh korban baik berupa PHK maupun kehilangan daya beli untuk sementara waktu.

Korban yang sebenarnya kita jumpai pada saat ini adalah maraknya korupsi disegala lapisan masyarakat. Mengapa demikian ?

Di sebuah negara yang mampu mengendalikan inflasi dan nilai tukar mata uangnya, maka kesejahteraan masing-masing individu dapat diperoleh dari kenaikan pendapatan(gaji) akibat dari bertambahnya pengalaman, bertambahnya pendidikan dan juga meningkatnya jabatan.

Dan sayangnya ini tidak terjadi di Indonesia. jaman orde baru harga barang akan meningkat lebih dulu meskipun kenaikan gaji PNS masih berupa gosip.

Dengan kondisi yang demikian maka semua pihak telah kehilangan kepercayaan bahwa meningkatnya pengalaman, meningkatnya pendidikan/pelatihan dan juga meningkatnya jabatan akan diikuti oleh peningkatan kesejahteraan.

Akibat dari ini maka mulailah mencari tambahan berupa korupsi dari watu hinga uang yang awalnya hanya untuk menutup kebutuhan bulanan hingga akhirnya untuk mendapat kemewahan hingga jaminan hidup untuk tujuh turunan.

Dibanyak departeman korupsi ini dilakukan secara berjemaah, karena mereka berada pada kondisi yang serupa. Dan yang lebih parah lagi semua berpikir secara parsial memikirkan proyek-proyek yang ada dalam kewenangannya meskipun secara terintegrasi mungkin belum waktunya bahkan tidak nyambung dengan bagian atau sektor lainnya.



Salam

RM

Read more...

Membuat buku Buatan Indonesia Aseli

>> Saturday, June 12, 2010

From: Widjajono Partowidagdo
To: IA-ITB@yahoogroups.com
Sent: Sunday, June 13, 2010 6:16 AM
Subject: [IA-ITB] Pak Anzam, Pak Bambang& Teman2 lain: Ekonomi Indonesia




Pak Anzam, Pak Bambang dan Teman2 lain,

Masalah Ekonomi Indonesia adalah Korupsi dan tidak optimalnya Penerimaan Pajak, Subdidi Harga BBM yang menguras uang negara (terutama tanpa disertai Subsidi Harga Non BBM sehingga energi Non BBM tidak termanfaatkan secara optimal), kurang menariknya Investasi Indonesia (produksi minyak kita turun, deindustrialisasi), Birokrasi dan Koordinasi yang buruk dan lain lain. Karena kurangnya dana yang tersedia akibat hal-hal tersebut dan lemahnya Kebijakan-kebijakan yang mendukung maka Peningkatan Kemampuan Nasional seperti Peningkatan Kemampuan Perusahaan Milik Negara dan Swasta Nasional, Pembangunan Infrastuktur, Pendidikan dan Iptek serta Pemberdayaan Masyarakat tidak optimal.

Sebaiknya kita berusaha memperbaki diri termasuk membuat Network (Menurut Naisbitt Network adalah Alternatif kalau Birokrasi tidak berhasil menyelesaikan Permasalahan) dan berusaha membentuk Organisasi Pembelajaran (Idenya Peter Senge, MIT) yang saling belajar untuk mencari Kebenaran dan bukan Kemenangan. Sehingga, kita tidak membuang waktu dengan terlalu menyalahkan atau memuji seseorang, suatu pihak atau suatu perbuatan. Indonesia hanya akan maju jika kita bersama membuatnya maju (bukan seseorang atau apalagi pihak lain). Bukankah semboyan kita In Harmonia Progressio?.

Saya ikut Milis Alumni Teknik Perminyakan (ATM). Disitu sarat dibicarakan Teknologi, Penanganan Kasus2, Kebijakan Publik, Kerjasama (Network) di Perminyakan (banyak Alumni TM ITB di Luar Negeri) serta baru2 ini mereka mendirikan Koperasi. Saya ikut Milis ITB 70. Disitu lebih banyak bercanda, curhat, ucapan selamat (jabatan baru, anaknya wisuda, menikah), ucapan simpati (dukacita, sakit), jalan-jalan dan makan-makan, informasi kesehatan, cara hidup dan sebagainya. Saya rasa tidak ada salahnya membicarakan interaksi Teknologi dan Bidang2 lain (Ekonomi, Hukum, Sosial, Politik) di Milis IA ITB ini. Teknologi tidak berada di Ruang Hampa.

Saya berharap Alumni ITB bisa membuat Buku tentang Kebijakan Industri di Indonesia. MIT menerbitkan buku, Made in America (1989), yang merupakan karya kerja sama antara insinyur dan noninsinyur di institusi tersebut untuk meningkatkan daya saing produk buatan Amerika. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa perlu dipikirkan pendidikan bagi insinyur yang ingin mendalami hal-hal yang nonteknologi dan pendidikan bagi noninsinyur (ahli hukum, ekonom, sosiolog, dan lain-lain) yang ingin mempunyai latar belakang yang lebih kuat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata-kata kunci untuk masa depan yang lebih baik adalah kerja sama dan pemahaman antardisiplin, termasuk menghormati disiplin lain.

Salam,
widjajono


--- Pada Sab, 12/6/10, anzam menulis:


Dari: anzam
Judul: [IA-ITB] Re: Memahami Utang Indonesia
Kepada: IA-ITB@yahoogroups.com
Tanggal: Sabtu, 12 Juni, 2010, 10:34 PM



hehehehe...insinyur ekonomi..

masalah utang itu berkaitan dengan sistem moneter mas. harusnya dilihat dari kacamata moneter...penjelasan yang bagus bagaimana "money work" bisa diliat di film documenter "zeitgeist II addendum" disitu bahas buku berjudul "Modern Money Mechanics" atau kalo gak sabar bisa buka di http://en.wikisource.org/wiki/Modern_Money_Mechanics atau bisa buka di http://www.realmoneyisgold.com/2009/zeitgeist-addendum-modern-money-mechanics/ untuk liat cuplikannya dengan bahasa sederhana.

intinya yang dimaksud dengan hutang disini adalah bisa disebut tingkat kepercayaan.. makin banyak hutang berarti orang makin percaya pada anda..emang anda mau ngasih hutang pada orang yang anda yakin gak bisa bayar? tapi tetap masalah keyakinan...lah uang sekarang juga berharga bukan karena ada simpanan dalam bentuk komoditas berharga di bank, cuman secarik kertas.. (Fiat money)..uang juga pake keyakinan..


jadi hutang AS yang gede itu berasal dari penjualan surat berharga AS yang dibeli oleh orang2 diluar AS. sebagai imbalan kan uang masuk ke AS dalam bentuk simpanan, trus disana dipake untuk usaha orang2 amerika diputer, kalo lancar ya uang dipake modal usaha..produk hasil usaha bisa dijual ke luar negeri, yang celaka duitnya dipake konsumsi seperti rumah, kartu kredit, dll.. tujuannya utamanya biar ekonomi muter.. makin banyak uang masuk kalo lancar akan mengenerate ekonomi..

kalo negara berkembang hutang ini dipake buat belanja infrastruktur untuk menggerakan ekonomi, investasi private juga dll.. yang ngeri adalah hutang yang harusnya mengenerate ekonomi malah dikorupsi untuk beli mobil mewah, barang2 impor jadinya bocor.. pokoknya kegiatan yang tidak meningkatkan nilai tambah, kelimpungan pas bayar..

yang jahat dari sistem ini adalah dimasukkannya satu instrumen jahat bernama riba/interest dan fractional reserve (financial derivative?)..

fractional reserve:

misal lo pinjem duit ke orang 100 juta simpen di bank, dari pada duit itu gw pake mending gw minjem ke bank aja dengan jaminan duit 100 juta gw bisa minjem let say 90 juta.. trus si 90 juta ini gw simpen lagi duitnya di bank lain untuk minjem lagi duit sebesar 80 juta dan seterusnya hingga.. dengan rasio 1:9 berarti gw bisa dapetin duit 900 juta dari duit pinjeman 100 juta dari orang lain.. kalo pinter sih 900 juta itu bisa dipake usaha yang bagus, ngasih pinjeman buat orang2 dll...kalo bego yah kejadian kayak subprime mortage..

karena gak cuma2 duitnya dikasih interest, orang awal minta interest 4%, berarti harus bikin penghasilan lebih lah, kalo gitu saya minta interest ke orang berikutnya 5%, trus nyambung2 sampe tuh bunga berbunga.. misal yang sadis kayak kartu kredit 48% per tahun..

kalo ukurannnya negara nih duit yang berlebih harus dibayar oleh orang banyak dalam bentuk inflasi. karena duitnya yang makin banyak dipasar yang pada dasarnya duit aslinya cuman dikit menurunkan nilai uang sendiri.. ini jahat karena orang yang gak meminjam uang malah gak tau apa2 harus membayar getahnya..

cheers..

pusingkan?

--- In IA-ITB@yahoogroups.com, lucky_luqman@... wrote:
>
> Analisis yg mnarik mas.
> coba dilihat gdp riil kita juga mas,stlah inflation adjustment.melihat tingkat ksjahteraan masy kita yg gitu2 aj,sy kok curiga sbnernya scra riil kita ga kemana2.rasio utang gdp kita menurun bkn karena utang mnurun,tp karena gdp (nominal) naek.knapa gdp nominal naik?gara2 kesejahteraan kita semua naek atau gara2 inflasi? Kalau yg ke2,gawat.
>
> Sya nulis di hp gprs,jd ga leluasa cari data gdp riil.di wiki jg ada kayaknya.
>
> Salam,
>
> Lucky
> TI02
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -----Original Message-----
> From: akhyar
> Sender: IA-ITB@yahoogroups.com
> Date: Sat, 12 Jun 2010 04:52:23
> To:
> Reply-To: IA-ITB@yahoogroups.com
> Subject: [IA-ITB] Memahami Utang Indonesia
>
> Baiklah, judulnya saya ganti agar tidak personal.
>
>
>
> Kita gunakan saja sumber
>
>
>
> http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_external_debt
>
>
> sebagai referensi ya. Cukup sederhana menampilkannya.
>
>
>
> Analisis sementara saya (silahkan dikritisi):
>
>
>
> 1. Hampir semua negara memiliki utang.
>
>
>
> Dari daftar diatas ada yang disebut N/A (tidak ada datanya?) dan ada yang disebut memang memilik utang 0% (Brunei, Macau)
>
>
>
> Sekarang, karena negara kita Indonesia termasuk negara yang berutang, maka kita bandingkan saja dengan sesama negara berutang.
>
>
>
> 2. Pendekatan Perbandingan Hutang
>
>
>
> Banyak yang mengkhawatirkan masalah utang ini dan sering menjadi
> perdebatan sehingga kemudian banyak bermunculan berbagai pendekatan.
>
>
>
> Yang pertamakali dan paling mudah adalah perbandingan total hutang.
>
>
>
> 2.1 Perbandingan Total Utang (Debt Stock)
>
>
>
> Pengutang terbesar ternyata adalah juga negara2 besar, yaitu Amerika,
> disusul UK, Germany dan France. Developed Countries, OECD members.
>
>
>
> Brasil, Rusia, India, Cina? kecil.
>
>
>
> Indonesia? Lebih kecil lagi. Kita adalah Negara Besar dengan Total
> Utang kecil. Jika dibandingkan dengan dengan negara lain, Total Utang
> kita sebenarnya sangat kecil.
>
>
>
> 2.2 Perbandingan Rasio Utang terhadap GDP (Debt to GDP Ratio)
>
>
>
> Walaupun Total Utang kita kecil jika dibandingkan dengan negara lain,
> besarnya pertumbuhan utang sering menjadi pertanyaan. Kemudian
> Pemerintah seringkali membela diri dengan menggunakan logika Rasio
> Utang terhadap PDB.
>
>
>
> Bagaimana jika kita bandingkan Rasio Utang terhadap PDB tsb?
>
>
>
> Ternyata, Negara2 OECD pengutang terbesar yang sudah disebut diatas juga memiliki Rasio Utang terhadap PDB yang tinggi.
>
>
>
> Brasil, Rusia, India, Cina? kecil.
>
>
>
> Indonesia? relatif kecil
>
>
>
> Jadi sebenarnya kita tidak perlu menjadikan Rasio Utang terhadap PDB
> sebagai tujuan. Negara dengan rasio utang terhadap PDB besar ternyata
> lebih maju.
>
>
>
> 2.3 Perbandingan Rasio Utang perkapita
>
>
>
> Alternatif lain dalam membandingkan Utang adalah rasio utang perkapita
>
>
>
> Tapi ternyata, Negara Pengutang terbesar juga memiliki rasio utang per kapita yang tinggi.
>
>
>
> Rasio utang perkapita tertinggi dipegang oleh Luxemburg. tapi pendapatan perkapita mereka juga paling tinggi.
>
>
>
> http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_GNI_%28PPP%29_per_capita
>
>
>
> Indonesia? Kecil
>
>
>
> Cina? Rasio utang perkapitanya lebih kecil lagi.
>
>
>
> 3. Kesimpulan
>
>
>
> 3.1 Negara pengutang terbesar adalah negara2 dengan GDP terbesar.
> Disini pendekatannya adalah utang besar, pendapatan besar. Negara2 yang
> menggunakan pendekatan ini adalah OECD countries, termasuk Jepang.
>
>
>
> 3.2 Penggunaan rasio utang terhadap PDB tidak dapat menjelaskan
> kemampuan finansial setiap negara. Dan tidak cocok untuk menjelaskan
> masalah utang Indonesia
>
>
>
> 3.3 Pendekatan Utang per kapita juga tidak cocok menjelaskan masalah
> utang Indonesia. Pendekatan ini cocok untuk negara2 kecil (penduduk
> sedikit, dengan pendapatan perkapita tinggi) seperti Brunei, Luxemburg,
> Kuwait, Macau dll.
>
>
>
> 3.4 Sebagai negara besar (Luas daerah, potensi kekayaan alam dan banyak
> penduduk), maka sebaiknya kita membandingkan dengan sesama negara besar
> diluar Amerika dan Eropa. Negara itu adalah Brasil, Rusia, India, Cina.
>
>
>
> Jika dilihat dari keempat negara tersebut, memiliki kemiripan profil
> finansial serupa. GDP tinggi, GNP rendah, Utang rendah, Rasio utang
> rendah.
>
>
>
> Jadi, masalah kita sebenarnya bukan pada besarnya Utang. Tapi
> pendapatannya. Dengan profil negara mirip Brasil, Rusia, India, Cina,
> seharusnya GDP kita juga sebesar mereka.
>
>
>
> http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_GDP_%28nominal%29
>
>
>
> Ini masalah utama kita. GDP.
>
>
>
> Salam,
>
>
>
> Akhyar

Read more...

5-10% Mahasiswa Baru ITB DO

>> Friday, June 4, 2010

From: H.Z Abidin
To: dosen@itb.ac.id
Cc: IA-ITB@yahoogroups.com
Sent: Friday, June 04, 2010 2:16 PM
Subject: [IA-ITB] 5-10% Mahasiswa Baru ITB DO




5-10% Mahasiswa Baru ITB DO

BANDUNG, (PR).-
Lima sampai sepuluh persen dari setiap angkatan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) drop out pada empat semester awal, mereka tidak lulus tahap persiapan bersama. Ketidakmampuan mahasiswa baru menjalani masa transisi pola belajar di SMA dengan perguruan tinggi, menjadi faktor utama kondisi tersebut.

Hal itu dikatakan Rektor ITB Prof. Akhmaloka, saat ditemui di Gedung Rektorat ITB, Rabu (3/6). Menurut dia, setiap tahunnya ITB menerima tiga ribu mahasiswa baru. Namun, lima sampai sepuluh persen dari jumlah tersebut drop out pada tahap persiapan bersama (TPB). "Jumlah tersebut sebenarnya sudah berkurang dibandingkan sebelumnya," katanya.

Pada TPB, kata Akhmaloka, mahasiswa baru wajib mengikuti 36 SKS selama dua semester. Apabila indeks prestasi (IP) yang didapatkan kurang dari satu, maka mahasiswa tersebut langsung dikeluarkan pada tahun pertama. Namun, bila IP yang didapatkan antara satu dan dua, mahasiswa tersebut diberi kesempatan mengulang selama dua semester lagi.

Akhmaloka mengatakan, ITB sudah melakukan penelitian dan pengamatan terhadap banyaknya mahasiswa baru yang harus dikeluarkan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, faktor utama mahasiswa yang drop out itu bukan karena kurangnya kecerdasan intelektual, tetapi disebabkan ketidakmampuan berinteraksi di kampus. "Ada transisi yang tidak mulus dari SMA ke perguruan tinggi. Misalnya saja si anak di SMA biasanya juara, masuk sini bertemu juara. Kan tidak bisa selamanya juara sehingga akhirnya dia gagal bersosialisasi. Ada juga juara olimpiade di SMA, tetapi di sini keasyikan main komputer atau aktivitas lain sehingga kuliahnya tidak baik," ujarnya.

Untuk menyikapi kondisi tersebut, ITB melaksanakan program pendidikan kepribadian yang diselipkan di sela-sela TPB. Program tersebut tidak berbentuk tutorial melainkan merupakan ekstrakurikuler yang membantu pengembangan kecerdasan emosi mahasiswa tersebut.

Sementara itu, psikolog perkembangan Ihsana Sabriani Borualogo mengatakan, kondisi tersebut juga banyak dialami mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi lainnya. Dia mengatakan, kegagalan anak dalam menjalani transisi pola belajar dari SMA ke kuliah lebih banyak disebabkan ketidakmampuan dalam beradaptasi. Hal itu bisa semakin parah bila anak tersebut tidak terbiasa mandiri. "Di SMA mungkin dia biasa dicecoki, dibimbing untuk belajar. Namun, saat kuliah kan berbeda. Dia dilepas," ujarnya di Bandung, Kamis (4/6).

Selain itu, kegagalan masa transisi itu juga bisa disebabkan anak tidak betul-betul mengenali apa tuntutan di perguruan tinggi tersebut. Hal itu bisa disebabkan jurusan yang dipilih tidak sesuai dengan minat dan kemampuannya. "Jadi, disarankan untuk memilih jurusan tidak hanya agar terlihat keren, tetapi berdasarkan minat dan kemampuan calon mahasiswa," ujarnya.

Ihsana mengatakan, orang tua memiliki peran yang cukup penting dalam membangun kepribadian anak, terutama kemandirian dan kemampuan beradaptasi. "Orang tua harus support luar biasa dan memahami anaknya dengan baik karena mereka sebenarnya yang paling tahu bagaimana kondisi anaknya," ujar dia. (A-185)***

===========================
Prof. Dr. Hasanuddin Z. Abidin
Wakil Rektor Bidang Komunikasi,
Kemitraan dan Alumni (WRKMA)
Institut Teknologi Bandung
Jl. Tamansari no. 64, Bandung 40132
Telp/Fax: 022-2500935
E-mail : wrkma@pusat.itb.ac.id
Website : http:///www.itb.ac.id
===========================

Read more...

ITB Susun "Road Map" Banjir

From: H.Z Abidin
To: dosen@itb.ac.id
Cc: IA-ITB@yahoogroups.com ; iagd@iagditb.net
Sent: Friday, June 04, 2010 2:05 PM
Subject: [IA-ITB] ITB Susun "Road Map" Banjir




ITB Susun "Road Map" Banjir

BANDUNG, (PR).-
Institut Teknologi Bandung (ITB) akan membuat road map (peta jalan) penanggulangan banjir di Bandung selatan, termasuk Kota Bandung. Road map itu bisa digunakan sebagai alternatif untuk menanggulangi masalah banjir di Bandung selatan yang selama ini belum menunjukkan keberhasilan.

Demikian dikemukakan Rektor ITB, Akhmaloka, saat jumpa pers di Gedung Rektorat ITB, Jln. Tamansari No. 64, Bandung, Rabu (2/6). Menurut dia, ITB bersama LSM Garda Caah, Kelompok Riset Cekungan Bandung, pemerintah setempat, dan warga akan menyepakati secara bersama untuk menanggulangi banjir tersebut.

Akhmaloka mengatakan, ketidakberhasilan penangananan banjir tersebut terletak pada tidak sistemiknya solusi yang diberikan sehingga tidak dapat menyelesaikan akar permasalahan. "Jangan sampai banjir di Bandung selatan ditangani orang luar negeri," ujarnya.

Menurut dia, ITB yang punya komitmen dalam penelitian dan inovasi, ingin berperan aktif dalam mengatasi masalah banjir di Bandung selatan.

Anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung, T. Bachtiar menyatakan mendukung road map tersebut, karena program yang dicanangkan pemerintah untuk menanggulangi banjir kurang efektif.

Bachtiar menambahkan, penyebab utama banjir adalah rusaknya lingkungan hutan di Cekungan Bandung, sehingga air dan lumpur langsung masuk ke Sungai Citarum. "Ketebalan lumpur di Majalaya mencapai 40 sentimeter saat anak Sungai Citarum meluap," ujar Bachtiar. (CA-05)***

===========================
Prof. Dr. Hasanuddin Z. Abidin
Wakil Rektor Bidang Komunikasi,
Kemitraan dan Alumni (WRKMA)
Institut Teknologi Bandung
Jl. Tamansari no. 64, Bandung 40132
Telp/Fax: 022-2500935
E-mail : wrkma@pusat.itb.ac.id
Website : http:///www.itb.ac.id
===========================

Read more...

Penggemar Blog IA-ITB :

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP