Konser Lustrum ITB Student Orchestra

>> Thursday, February 25, 2010

From: helviantoro_tardan
To: IA-ITB@yahoogroups.com
Sent: Thursday, February 25, 2010 7:56 PM
Subject: Konser Lustrum ITB Student Orchestra



ITB Student Orchestra (ISO) akan menggelar konser Cinema Of Life Symphony sebagai perayaan Lustrum I dalam bentuk Symphony Orchestra, bekerja sama dengan Paduan Suara Mahasiswa ITB (PSM-ITB) dan Marching Band Waditra Ganesha ITB (MBWG) pada:

Hari : Sabtu, 13 Maret 2010

Waktu : 19.30 – 22.00

Tempat : Sasana Budaya Ganesha Bandung



Acara ini akan dimeriahkan dengan kehadiran guest star diantaranya :

- Christopher Abimanyu,

- Salamander Big Band feat Imelda Rosalyn,



Sebelumnya, kami telah berhasil menyelenggarakan Concerto in G10 (Aula Barat, Desember 2008) dan Cinema of Life Symphony, pre-concert (Usmar Ismail Hall, Januari 2010). Dimana kedua acara berlangsung dengan sukses dan dihadiri oleh musisi-musisi ternama baik Bandung maupun Indonesia sebagai guest star , seperti Ammy C. Kurniawan, Aning Katamsi, dan Addie M.S.

Dalam rangka meningkatkan apresiasi akan musik terutama musik klasik dan orchestral kepada masyarakat luas, kami mengajak bapak/ ibu untuk berpartisipasi dalam menyukseskan acara ini, dengan ikut hadir dan menyemarakkan acara.



Tiket

Pemesanan tiket dapat dilakukan dengan menghubungi saudara Juda (0812-8232373). Tiket dapat diantarkan langsung kepada pemesan ( khusus untuk dosen dan alumni ) selama masih dalam wilayah area kampus ITB.

Harga tiket sebagai berikut :

· VIP A Student Rp. 50.000,- Umum Rp. 100.000,-

· VIP B Student Rp. 40.000,- Umum Rp. 80.000,-

· Reguler Student Rp. 30.000,- Umum Rp 50.000,-

Reguler Student Price Rp. 25.000,- (terbatas untuk 100 orang pertama dengan menunjukkan KTM)



*Student Price dapat diperoleh dengan menunjukkan KTM. Tersedia 200 tiket on the spot.



Donasi

Kami juga membuka kesempatan kepada bapak/ ibu untuk berpartisipasi langsung sebagai donatur dalam acara ini dengan menghubungi saudara Ervand (0817-6335525).

Dana dapat ditransfer melalui:

Rekening Bank BNI Cabang ITB

No. Rek. 0164635401

Atas nama Karina Apriana



Besar harapan kami agar acara ini dapat berlangsung dengan sukses. Oleh karena itu bantuan baik moril dan material sangat kami harapkan dari bapak/ibu sekalian.





Terima kasih dan Hormat kami,





Panitia Cinema of Life Symphony

ITB Student Orchestra

Read more...

Pengalaman di Tapanuli bulan Juli 2003

>> Tuesday, February 23, 2010

From: Irwan Tampubolon
To: IA-ITB@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, February 24, 2010 2:06 PM
Subject: [IA-ITB] Re: Ganesha in Humoria, 2/24/2010, 7:00 am




Pengalaman di Tapanuli bulan Juli 2003.

Suatu hari saya antarkan keluarga ke pasar Tarutung untuk belanja. Saya parkir mobil di depan penjual kacang. Karena lama menunggu, saya tergoda beli sebungkus. Harganya Rp 5000. Saya sodorkan uang Rp 10.000, tapi inang partiga-tiga (penjual) tidak punya kembalian. Jadi dia sodorkan kacang sebungkus lagi: "Buat hamu ma sada nai, asa pas..." (Ambil saja satu lagi, supaya pas). Langsung saya setuju, karena belanja sudah selesai, dan rombongan siap berangkat.

Mesin mobil dihidupkan, lalu muncul tukang parkir (entah dari mana). Nampaknya petugas resmi karena berseragam. Lalu terjadi dialog:

Saya : Berapa parkirnya bang ?
Parkr: Lima ratus ....
Saya : Ini ya... saya minta karcisnya yaa ...
Parkr: (merobek dan memberikan sepotong karcis)
Saya : Wah karcis ini kan 250 ?
Parkr: Ooo ... ini satu lagi (merobek dan memberikan karcis lagi).

Begitulah kecepatan reflex-nya menemukan solusi. Hebat orang Batak...

Read more...

Ganesha in Humoria

2 sumbangan cerita lucu dari Indra Purnama dan JM Zacharias ada di bawah ini.


Sent: Wednesday, February 24, 2010 11:25 AM
Subject: Re: [IA-ITB] Re: Ganesha in Humoria, 2/24/2010, 7:00 am

Saya memberanikan diri utk nyumbang cerita lucu juga,.. Karena percaya cerita saya lebih lucu dari pak JM Zacharias,.. Hehehe piss pak, bagaimanapun sudah memotivasi yg lain utk kirim cerita, hehe.

----
Kejadian ini terjadi di pertengahan 2003. Waktu itu saya baru lulus s1, terus mendapat kesempatan project kecil di karawang. Singkat cerita setelah proses instalasi di client, saya dan edes (temen seangkatan di EL98) langsung pulang ke bandung. Bagi penghuni kampus di era 2000an awal pasti kenal edes yg sangat eksotik dan galak itu, hehe.

Perut sangat keroncongan waktu itu,.. Akhirnya saya tanya "des, makan dimana kita?"
Edes "maranggi yuk"
Indra "ah males des, harus keluar tol di cikampek" (waktu itu tol udah nyambung sampe sadang)
Edes "gpp lah,.. Demi masa lalu kita" (ini saya rada hiperbola, hehe)
Indra "baiklah"

Meluncur lah kita ke maranggi dengan perut yg sudah mengganas.
Indra "des, pesen apa"
Edes "biasa lah, sate kambing, nasi dua, es degan". Saya pun sama.

Tdk lama kemudian datanglah pesanan kami,.. Buanyak banget secara kami lagi kalap. Selain menu utama kami juga mengambil bbrp menu pendamping, ngambilnya bebas banget, tanpa beban, tanpa pantangan, demi memenuhi nafsu.

Ditengah2 makan saya bilang "des, gw pinjem duit lu dulu ya,.. Belum ambil duit euy"

Edes "LAHH,.. Gw baruuuu aja mau pinjem duit lu"
Indra "(panik) yya uddah ddes, kita makan aja dulu, duit belakangan"

Kami tahu betul di sekitar maranggi waktu itu gak ada atm,.. Yg terdekat di purwakarta.

Kemudian kami melanjutkan makan dengan lahapnya (ini emang bawaan lahir, tdk terpengaruh kondisi apapun). Setelah makan, kami mulai mengorek2 uang di saku, dompet dan mobil. Alhamdulillah terkumpul uang yg cukup utk bayar tagihan. Sisa uang setelah bayar makanan adalah Rp. 2500,.. Pas banget utk parkir seribu rupiah dan tol padalarang-pasteur Rp. 1500.
---

Hehe,.. Lucu gak? Maap kalo gak lucu :D

-indra-
EL98

Sent from my BaraBerry®


From: "jmzacharias"
Date: Wed, 24 Feb 2010 03:01:02 -0000
To:
Subject: [IA-ITB] Re: Ganesha in Humoria, 2/24/2010, 7:00 am



he2x ... saya keluarin stock cerita kocak (semoga masih lucu he2x) masa kecil saya, yang pernah saya kirim ke Reader's Digest Asia namun sepertinya tidak dimuat (tidak ada konfirmasi balik ke email saya) jadi saya share saja ya :)

~~~~~~~~~~~~~~~~~
When I was a child (7 years old) , my mom didn't allow me to take
cookies that dedicated to our guest . "It's not for you !" she warned
me when I attempted to take a box of cookies. Ehm I tried another
way, I always sat beside my mom when she was accompanying her
colleagues in our guest room. She let them eat cookies, after they
took it and TADA!!! It's my lucky time …I also took my part :)
She gave me a meaningful look and I just smiled .
~~~~~~~~~~~~~~~~~

salam,
JM Zacharias
www.jmzacharias.com

Read more...

Pengurus IA-ITB Bali 2007-2011

>> Sunday, February 21, 2010

-------------------------------------------------------------
*** Pengurus IA-ITB Bali ***
Periode 2007-2011

Milis: http://yahoogroups.com/group/IA-ITB_Bali
--------------------------------------------------------------


Foto pelantikan pengurus IA-ITB Bali oleh Bp. Hatta Rajasa, Ketua Umum IA-ITB Pusat, bisa dilihat di http://petualangan-erik.blogspot.com/2010/04/pelantikan-pengurus-ia-itb-bali.html



PENGURUS INTI

Ketua : B. Antariksa (Erik) EL 86
Wakil Ketua I : Dolly S. Nasution TI 90
Wakil Ketua II : I Wayan Adnyana SI 84
Sekretaris I : Nyoman Kami Artana GD 88
Sekretaris II : Tejatini Manik
Bendahara I : Suryawan Dwimulyanto SI 86


KOORDINATOR BIDANG

Sosial dan Kemasyarakatan
Natalia Sidarto TI 79 (Koordinator Utama)
Made Timotius Murthy IF 87
Ketut Arjana Adi Sanjaya TI 87

Kewirausahaan dan Bisnis
Eddy Gunawan EL 88 (Koordinator Utama)
I Gede Bagia Arta

Rekreasi dan Olahraga
Ni Made Widiasari (Koordinator Utama)
Kadek Agus Adiana
Bintang Hadi Dharma EL96

Telematika (Teknologi, Telematika & Telekomunikasi)
I Wayan Mahendra IF 94 (Koordinator Utama)
Arnold Makasau TF 89

Konstruksi dan Pengambangan Infrastruktur
Komang Tapasila TL 82 (Koordinator Utama)
Made Arca Eriawan PL 86

Lingkungan Seni & Budaya
I Made Adhika PWK 91 (Koordinator Utama)
I Gede Junidwaja IF 88
Arsawan SR 86
Retno Savitri MA 84



DEWAN PENASEHAT

1. Bagus John Sujayana
2. I Made Palayuta
3. I Ketut Kinog
4. Ida Bagus Rai
5. I Gst. Ngr Adnyana
6. I Ketut Rahyuda
7. I Wayan Haryanta

Read more...

Susunan Kepengurusan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional 2009-2011

Sent: Monday, February 22, 2010 1:48 AM
Subject: [IA-ITB] Susunan Kepengurusan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional 2009-2011


Dear all,

Berikut saya sisipkan Susunan Kepengurusan I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) periode 2009-2011 sesuai dengan hasil Workshop I-4 di Jakarta bulan Oktober 2009. Beberapa posisi mulai efektif pada bulan Februari 2010, sesuai dengan Rapat Koordinasi I-4 bulan Januari 2010.

AD/ART, GBHP, Program Kerja dan Rencana Strategis organisasi; serta Tugas Pokok dan Fungsi Dewan Pengurus akan dipublikasikan seiring dengan penyelesaian website organisasi.

Terkait dengan pelaksanaan International Summit (IS) I-4 yang akan diselenggarakan di Jakarta, susunan kepanitiaan IS dan pengumuman lanjutan akan dipublikasikan setelah evaluasi dilakukan. Terima kasih.

Dewan Penasehat

Prof. Yohannes Surya, Ph.D. (Indonesia)
Dr. Anies Baswedan (Indonesia)
Dr. Inneke Indrawati (Indonesia)
Dr. Bambang Brodjonegoro (Indonesia)
Dr.-ing. Suhendra (Jerman)
Dr. Muhammad Reza (Swedia)
Dr. Etin Anwar (Amerika Serikat)
Prof. Dr. Iwan Jaya Azis (Amerika Serikat)
Dr. Nelson Tansu (Amerika Serikat)
Dr.med. Yow Pin Lim (Amerika Serikat)
Dr. Oki Gunawan (Amerika Serikat)
Prof. Dr. Ken Sutanto (Jepang)
Dr. Ugi Suharto (Bahrain)
** daftar nama di atas sedang diperbarui untuk aktualisasi data **

Dewan Pengurus

Ketua
Dr. Nasir Tamara (Singapura)

Unit Kerja Ketua:
Asisten Ketua
Arya Sandiyudha (Indonesia)
Bendahara
Mahir J. Bayasut (Indonesia)

Wakil Ketua bidang Sumber Daya Manusia
Dr.rer.nat. Johny Setiawan (Jerman)

Unit Kerja bidang Sumber Daya Manusia:
Koordinator Perwakilan Benua Asia
Dr. Andreas Raharso (Singapura)
Koordinator Perwakilan Benua Amerika
Dr. Taruna Ikrar (Amerika Serikat)
Koordinator Perwakilan Benua Afrika dan Wilayah Timur Tengah
Dr. Fadlolan Musyaffa (Mesir)
Koordinator Perwakilan Benua Eropa
Andrea Paresthu (Belanda)
Koordinator Perwakilan Benua Australia
Dr. Priyambudi Sulistyanto (Australia)

Wakil Ketua bidang Riset dan Teknologi
Dr.Eng. Khoirul Anwar (Jepang)

Unit Kerja bidang Riset dan Teknologi:
Kepala Klaster Keilmuan
Rizal F. Hariadi, Ph.D. Cand. (Amerika Serikat);

Wakil Ketua bidang Sumber Daya Informasi
Dr. Riza Muhida (Malaysia); klaster rekayasa industri & robotika

Unit Kerja bidang Sumber Daya Informasi:
Kepala Bidang Informasi Multimedia
Hanif A. Widyanto (Indonesia)
Kepala Bidang Informasi Interaktif
Yohannes Widodo (Indonesia)

Wakil Ketua bidang Kelembagaan
Dr. Arif Satria (Indonesia)

Unit Kerja Wakil Ketua bidang Kelembagaan:
Kepala Bidang Kerjasama
Berly Martawardaja, Ph.D. Cand. (Italia)

Sekretaris Jenderal
Achmad Adhitya, Ph.D. Cand. (Belanda)

Unit Kerja Sekretariat Jenderal:
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Organisasi
Teuku Reiza Yuanda, Ph.D. Cand. (Jerman)
Kepala LO Dalam Negeri
/ Kesekretariatan Indonesia
Willy Sakareza (Indonesia)
Kepala LO Luar Negeri
Victoria Sabon (Rusia)
---

> Ipon
___________________
Teuku Reiza Yuanda
http://www.linkedin.com/in/teukureiza

Read more...

Mau ikut mengayuh sepeda ke Belsize ?

>> Friday, February 19, 2010



Hai Treman-Treman,

Siapa yang mau ikut bersepeda bersama-sama ke Belsize ?
Penyanyi lawas Engelbert Humperdink yang akan memandu perjalanan bersepeda kita,
sambil bernostalgia mendengar lagunya dalam irama waltz dengan aksen
suara iringan musik yang mirip bunyi roda sepeda yang berputar saat mau masuk bagian refrain.


Turning and turning, the world goes on
We can't change it, my friend
Let us go riding now through the days
Together to the end
Till the end

Ref:
Les bicyclettes de Belsize
Carry us side by side
And hand in hand, we will ride over Belsize
Turn your magical eyes
Round and around
Looking at all we found
Carry us through the skies
Les bicyclettes de Belsize


Jika sudah siap bersenandung dan mau ikut bersepeda ke Belsize,
silahkan klik blog IA-ITB berikut



Selamat mengayuh sepeda,

:-)
99Venus Team


Read more...

Les Bicyclettes de Belsize

Read more...

Saatnya Rektor Menegor Profesor

>> Tuesday, February 16, 2010

Saatnya Rektor Menegor Profesor

Oleh Cardiyan HIS


Menteri Pendidikan Nasional Prof.DR. M. Nuh gundah. Ternyata begitu mudah memperoleh gelar profesor di Indonesia. Ia mengeluh kemudahan itu tak diimbangi oleh karya penelitian yang berkualitas yang tercermin tulisannya dimuat di jurnal ilmiah internasional kredibel. Bahkan M.Nuh gerah ternyata ia menemukan fakta setidaknya ada dua Rektor universitas terkenal di Jawa Barat dan Jawa Timur yang tak memiliki karya penelitian yang dimuat di jurnal ilmiah internasional.

Karena kemudahan menjadi profesor di Indonesia, tak mengherankan kini ada istilah “Profesor Masturbasi”. Yakni, seseorang yang mendapatkan gelar keprofesorannya melalui karya yang dilakukan sendiri. Penelitian dilakukan sendiri (biaya sendiri, tidak berkolaborasi dengan lembaga lain), ditulis sendiri (tidak di-review oleh ahli sebidang dari negara lain, tetapi di-review oleh teman sendiri), dipublikasikan di jurnalnya (milik lembaga sendiri), lalu untuk naik pangkat/jabatan sendiri. Cerdas juga yang membuat istilah tersebut karena masturbasi memang dilakukan sendiri, bahkan cenderung sembunyi-sembunyi (http://jawapos. co.id/halaman/ index.php? act=detail&nid=116798).

Memang betul ada etika yang berlaku universal pada universitas-universitas kelas dunia bahwa karya seorang dosen peneliti “tak boleh” dinilai oleh kolega yang mantan profesor pembimbing dan atau co-promotor disertasinya; kolega yang pernah satu tim dalam penelitian, kolega yang pernah menjadi co-author penulisan di jurnal ilmiah. Peer Reviewer harus berasal dari dosen peneliti universitas di luar negaranya, yang kemampuan menelitinya telah berkelas internasional. Karya yang dinilai pun “tak boleh” hanya dimuat sebagai paper di sebuah konferensi atau seminar internasional yang kemudian ramai-ramai dijadikan “Proceedings”. Juga “tak boleh” hanya dimuat di jurnal nasional yang tak memiliki akreditasi internasional.

Sejak jaman dahulu kala memang sudah ada adagium yang sudah sangat meresap di kalangan masyarakat kampus berkualitas yakni “publish or perish” (“menulis dan mempublikasikannya di jurnal ilmiah internasional kredibel atau mati”). Bagi seorang dosen peneliti apalagi bila ia seorang profesor, bila tak ada satu pun tulisannya dimuat di jurnal kelas dunia yang memiliki Impact Factor adalah suatu aib besar. Maka tak mengherankan bila ada berita nyata seorang doktor lulusan Stanford University di Amerika Serikat (AS) mundur dari sebuah lembaga penelitian terpandang dan beralih profesi menjadi supir taksi. Entah berapa doktor lagi lulusan universitas kelas dunia di AS yang beralih profesi sebagai pelayan hotel, tukang cuci piring di restoran dan entah apa lagi. Sedangkan di Indonesia, seorang profesor doktor tak mungkin nganggur hanya gara-gara tak memiliki karya tulis di jurnal ilmiah internasional; gajinya yang diraih di era SBY yang sudah naik jauh menjadi Rp. 15 juta/bulan pun akan aman-aman saja masuk rekening banknya. Bahkan boleh jadi kalau sang profesor pintar “cakap” masih laku pula menjadi pengamat di media elektronik televisi; menjadi seorang selebritas yang genit.

Kalau pembaca tak punya akses ke Web of Science: ISI Knowledge yang harga langganannya Rp. 800 juta rupiah/tahun atau Scopus yang “lebih murah” Rp. 300 juta/tahun, sehingga untuk itu ITB misalnya, berturut-turut dikasih Dana Hibah Inggris untuk berlangganan ISI Web of Science (3 tahun sebelumnya) dan Chevron Texaco (2 tahun terakhir ini). Maka dengan kemajuan teknologi informatika yang membuat hampir segala informasi begitu transparan, kita dengan mudah bisa melihat siapa profesor doktor di Indonesia dan di dunia yang tak memiliki karya penelitian yang dimuat di jurnal kredibel dunia seperti Nature, Science, Lancet. Asal tahu namanya; “Oom GoogleScholar” akan dengan mudah searching siapa profesor doktor yang hanya memiliki 1 (satu) Citation saja yakni tak lebih dari disertasi yang ditulisnya. “Satu disertasi sampai mati”, ungkap seorang kolega saya; ahli komunikasi senior sebuah universitas terkenal di ibukota yang gagal meraih doktor di Cornell University tetapi sering “berkilah dan membanggakan diri” (di banyak kesempatan pertemuan) masih mendingan menulis banyak artikel dan beberapa buku ketimbang satu disertasi doktor.

Di Indonesia, ITB meskipun yang bertahun-tahun merupakan barometer terbaik dari jumlah Citation para dosen penelitinya dibanding UI, UGM, IPB dan LIPI versi Scopus. Namun jumlah Citation ITB belum memberikan gambaran umum bagi setiap dosen yang bergelar PhD yang jumlahnya terbanyak pula di Indonesia yakni 775 PhD dari 1.025 seluruh dosennya; mampu mempublikasikan karya penelitiannya di jurnal internasional kredibel. Ternyata tidak sedikit pula kalangan PhD dan atau profesor ITB yang masih hanya memiliki satu Citation saja yakni disertasinya itu! Pemilik dua ratusan Citation terbanyak asal ITB masih “eta keneh eta keneh” (itu saja itu saja) antara lain Widiyantoro S, Halim M, Noer AS, Soenarko B, Soemarsono H, Hidayat R, Wenas WW, Hakim EH, Wiramihardja SD, Ariando, Gusnidar T, Pancoro, Onggo D, Linaya C, Suwono, Priadi, Cahyati, Hidayat T, Akhmaloka (Rektor ITB), Wenten IG, Hadi S, Adisasanto, Wuryanto A, Herdianita NR, Rusydi A, Widjaja J, Hasanuddin ZA, Retnoningrum, Baskoro ET, Sutjahja IM, Iskandar DT, Arismunandar, Dahono P.


Kriteria Harus Diubah

Kritikan Mendiknas M. Nuh meskipun sangat terlambat tetapi lebih baik dari pada tidak sama sekali. Oleh karena itu kriteria bagi persyaratan memperoleh profesor di Indonesia harus diubah. Bobot terbesar hendaknya diletakkan pada jumlah karya penelitian dosen yang berhasil dimuat di jurnal ilmiah internasional kredibel, yang memiliki Impact Factor. Kebijakan ini akan memacu para dosen peneliti yang bergelar PhD (Doktor) untuk terus melakukan penelitian berkualitas dan mampu mempublikasikannya di jurnal ilmiah internasional. Sebaliknya Mendiknas pun harus mengubah pandangan dalam mengalokasikan dana riset bagi perguruan tinggi tidak asal untuk melakukan riset. Tetapi mengubahnya menjadi dana riset yang jumlahnya besar tetapi tetap selektif untuk riset-riset dasar maupun riset terapan yang berkualitas.

Saatnya para Rektor pun menegor para profesor yang sampai sekarang hanya memiliki satu Citation yakni dari satu disertasinya saja. Bagi para doktor yang sudah terlanjur mendapat “pangkat” profesor dengan performa ini hendaknya “tobat” yakni kembali kepada suasana kondusif untuk fokus melakukan kegiatan meneliti dalam intensitas tinggi kemdian mempublikasikan karyanya di jurnal ilmiah internasional kredibel.

Juga secara sistimatis dan berjangka panjang, kalangan perguruan tinggi hendaknya menjadi lokomotif penarik bagi tumbuh berkembangnya organisasi profesi yang disamping mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai kebenaran, juga menjadi penerbit jurnal-jurnal ilmiah profesi yang independen, yang berkualitas internasional. Sehingga jurnal-jurnal profesi ini bisa menjadi wahana bagi para peneliti Indonesia untuk menuliskan karya-karya penelitiannya. Dengan demikian secara jangka panjang, Indonesia akan keluar dari predikat negara dunia ketiga yang kehilangan generasi peneliti; generasi yang hanya bisa mengkonsumsi teknologi impor tetapi tak mampu mengkreasi teknologi sendiri.


http://cardiyanhis.blogspot.com

Read more...

Tim Impian Indonesia Lolos ke Piala Dunia !!!

>> Friday, February 12, 2010

Tim Impian Indonesia Lolos ke Piala Dunia!

Oleh Cardiyan HIS




Keterangan gambar: Timnas Indonesia dipimpin kapten Sotjipto Soentoro (ketiga dari kanan berdiri) bersama Presiden Soeharto sebelum bertanding melawan sebuah tim dari Eropa pada 14 Februari 1970.




Indonesia adalah “Brazil Asia”. Yang ngomong bukan sembarang orang tetapi Ketua FIFA Sepp Blater. Tapi pujian itu hanya didedikasikan untuk tim nasional sepakbola Indonesia yang dikapteni oleh Soetjipto “Gareng” Soentoro. Dan komandan PSSI-nya jelas bukan Nurdin Halid pula tetapi kakak kandung Solichin GP yakni Kosasih Purwanegara.

Pada era 1960-an sampai medio 1970-an, kesebelasan Indonesia memang menjadi kesebelasan elite Asia kalau tak boleh dijuluki “Raja Asia” , yang sangat dihormati oleh kesebelasan-kesebelasan di Asia bahkan Eropa. Padahal modal kas PSSI semata-mata dari keuntungan bersih jualan karcis di stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, manakala Indonesia melawan tim-tim kelas dunia seperti Dynamo Moscow, Dynamo Kiev (dahulu masih Uni Soviet), Santos, Cruzero, Sao Paolo (Brazil), Independiente (Argentina), Cosmos dan Washington Diplomat (USA) dan lain-lain.

Saingan berat Indonesia di Asia hanya Israel (belum masuk zona Eropa), Iran dan Burma (sekarang Myanmar). Jepang dan Korea Selatan yang menjadi langganan Piala Dunia sekarang ini, biasa dipermak habis Indonesia dengan minimal skor 3-0. Bahkan Timnas Taiwan dicukur Indonesia dengan skor telak 11-1 di Piala Merdeka Games, Malaysia, tahun 1968. Jangan tanyalah timnas Thailand, Vietnam dan Singapura karena ketiganya nggak level disandingkan dengan Indonesia. Terlebih negara-negara di jazirah Arab, bahkan mereka “belum tahu cara bermain bola”, maklumlah federasi sepakbola pun mereka belum punya.

Bayangkan saja sejak Piala Merdeka Games yang sangat prestisius di Asia pertama kali diadakan sejak 1954 dan Indonesia yang pertama kali menjuarainya, kemudian Indonesia memenanginya kembali pada tahun 1960, 1961, 1962 dan 1969 (dan tahun-tahun yang hilang di Merdeka Games karena Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia). Rute emas kejuaraan yang dimenangi Indonesia selalu dimulai dari kota Dacca (ibukota Pakistan Timur ketika itu, sekarang ibukota Bangladesh) dimana ada turnamen Agha Khan Gold Cup. Indonesia menjuarai piala Agha Khan ini sejak 1961, 1966, 1967, 1968 dan 1979 (tahun-tahun lainnya Indonesia adalah juara 2). Kemudian tim Indonesia turun ke Bangkok untuk menjuarai King’s Cup dan Queen’s Cup pada tahun 1968 dan 1971 (tahun-tahun lainnya Indonesia selalu lolos ke final). Kemudian timnas Indonesia memenangi Piala Sukan Singapura, bahkan menciptakan All Indonesian Final antara Indonesia A dan Indonesia B pada tahun 1972. Dan terakhir tentu saja main di kandang pada Jakarta Anniversary Cup, yang terakhir dijuarai pada tahun 1972 dengan menundukkan timnas Korea Selatan dengan skor 4-2.

Atas supremasi kesebelasan Indonesia itulah akhirnya Indonesia diminta AFC (Asia Football Confederation) mengirim 5 pemain nasionalnya untuk mengisi skuad “Asia All Stars”. Mereka itu adalah Soetjipto Soentoro (penyerang lubang sekaligus bertindak sebagai kapten), Yacob Sihasale (penyerang tengah), Iswadi Idris (sayap kanan), Abdul Kadir (sayap kiri) dan Yudho Hadianto (penjaga gawang). Sebenarnya AFC berniat memanggil pemain Indonesia lebih banyak lagi seperti stopper Anwar Udjang dan Mulyadi serta gelandang Basri dan Aliandu. Ttetapi AFC tentu saja harus bertindak adil dengan memanggil pemain Asia lainnya meskipun hanya masing-masing satu orang saja.

Apa keunggulan pemain-pemain Indonesia ketika itu? Indonesia memiliki penjaga gawang “sangat kebal” seperti dinobatkan oleh koran “Utusan Malaysia”, Kuala Lumpur dan “Bangkok Post”, Bangkok pada diri Yudho Hadianto. Fisik Yudho sebenarnya tidak terlalu tinggi tetapi dia mampu bermain akrobat yang sangat memukau dengan tetap tak kehilangan akurasinya. Yacob Sihasale adalah striker oportunis dengan sundulan kepala yang sangat luar biasa keras dan terarah disamping kemampuan dribbling, screening dan tendangan yang akurat. Iswadi Idris adalah seorang pemain penuh percaya diri sehingga mampu menggiring bola tak pernah putus melampaui pemain belakang lawan sebelum mengumpan tarik ke striker Yacob Sihasale. Abdul Kadir adalah pemain sayap kiri tercepat di Asia dalam membawa bola maupun tanpa membawa; umpan-umpan dari Kadir inilah menjadi santapan empuk bagi striker Yacob dan second striker Soetjipto Soentoro untuk menciptakan gol-gol spektakuler yang tidak bisa dilihat pada setiap pertandingan. Dan Soetjipto Soentoro tentu adalah pemain istimewa yang pernah dilahirkan Indonesia. Ballskill Soetjipto sangat sempurna; kemampuan menjaga bola (screening) sangat sempurna pula sehingga setiap lawan yang akan merebut bola darinya akan berbuah pelanggaran; tendangan sangat keras dan terarah dari berbagai sudut sempit sekalipun; kemampuan mengecoh dua-tiga pemain belakang sering menjadi makanan hampir pada setiap pertandingan karena memiliki kemampuan “menyulap” bola demikian cepat dan tak terduga. Namun di atas segalanya, Soetjipto memiliki jiwa kepemimpinan, kepercayaan diri dan mentalitas bertanding sangat tinggi sehingga bisa mengangkat permainan tim dalam situasi tertekan sekalipun.

Selengkapnya inilah “Tim Impian Indonesia” yang diyakini oleh penulis bakal “Lolos” ke Piala Dunia seandainya para pemain-pemainnya masih berkumpul utuh seperti di jaman kejayaan Indonesia dulu:

Penjaga gawang: Yudho Hadianto, Yus Etek, Ronny Pasla

Belakang: Yuswardi, Sunarto, Reny Salaki, Mulyadi, Anwar Udjang, Masri, Ishak Udin, Makful, Ronny Pattinasarani, Johanes Auri

Gelandang: Aliandu, Surya Lesmana, Basri, Fatah Hidayat, Bob Hippy, Djunaedi Abdillah, Nobon, Anjas Asmara, Mettu Duaramuri

Depan: Soetjipto Soentoro (Kapten), Yacob Sihasale, Komar, Andjik Alinurdin, Omo, Wowo, Iswadi Idris, Abdul Kadir

Pelatih: Tony Poganik (Pelatih Utama), EA Mangindaan, Endang Witarsa (Asisten Pelatih)

Read more...

Penggemar Blog IA-ITB :

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP