Indonesia Hancurkan Jepang 4-0

>> Thursday, June 24, 2010

Oleh Cardiyan HIS


Kesebelasan nasional Jepang sejak awal memang diniatkan untuk belajar kepada Indonesia sebagai “Brazil Asia”. Dan Ronny Patti dengan telak memberikan pelajaran kepada Jepang; bagaimana cara bermain bola yang baik.



Sejarah itu penting untuk menginspirasi. Termasuk sejarah kejayaan kesebelasan Indonesia atas Jepang. Sayang Indonesia tidak berhasil memanfaatkan sejarah kejayaan sepakbola Indonesia masa lalu kepada kemajuan sepakbola di masa sekarang. Malah Jepang yang berhasil memanfaatkan “pelajaran sepakbola Indonesia” sampai kepada level dunia dengan menjadi pelanggan Piala Dunia bersama Korea Selatan. Dan terakhir bahkan lolos ke babak kedua dengan menghancurkan juara Eropa 1992, Denmark, dengan skor telak 3-1.

Indonesia selalu diundang sebagai satu-satunya tim Asia selain Jepang sebagai tuan rumah “Piala Kirin” atau Piala Kaisar bersama klub yang mewakili satu benua Eropa dan satu Amerika (Amerika Latin). Meskipun tak pernah menjuarai Piala Kaisar, Indonesia tetap menjadi prioritas tujuan uji coba timnas Jepang. Jepang pun belajar kepada kompetisi sepakbola Galatama Indonesia (dimulai tahun 1979 di era Ketua Umum PSSI, Ali Sadikin) ketika mempersiapkan J-League yang diluncurkan lebih belakangan yakni pada tahun 1992.

Inilah yang terjadi dengan timnas Jepang yang dipersiapkan untuk olimpiade ini melakukan ujicoba pertama ke Indonesia tahun 1981. Tim nasional Indonesia dikapteni Ronny Patti bersama rekan pemain senior seperti Risdianto (striker), Simson Rumahpasal (belakang kanan) membimbing pemain-pemain muda penuh bakat seperti Purwono (kiper), Warta Kusumah, Nasir Salasa, Didik Dharmadi, Berti Tutuarima (belakang), Herry Kiswanto, Rully Nere, Budi Johanis, Metu Duaramuri (gelandang), Hadi Ismanto (striker). Intinya pemain inti timnas Indonesia berada pada poros Ronny Patti-Herry Kiswanto-Risdianto.

Memiliki wing back keren pada diri Simson Rumahpasal (di kanan) dan Didik Dharmadi (di kiri), serangan Indonesia berlangsung sangat indahnya. Dribble maut keduanya kerap mengundang decak kagum karena melewati beberapa pemain belakang Jepang dan mengiris sampai ke garis gawang mereka. Maka umpan tarik Simson maupun Didik diselesaikan dengan indah pula oleh Risdianto dan Hadi Ismanto. Sementara pasca serangan gagal timnas Jepang diselesaikan dengan cerdas dan cepat oleh Ronny Patti mengumpan ke Herry Kiswanto (gelandang bertahan) dan meneruskannya kepada Rully Nere atau Metu Duaramuri atau juga Budi Johanis untuk main tik-tak yang menawan dengan Risdianto/Hadi Ismanto di kotak penalti Jepang.

Ronny Patti yang “ditemukan” oleh Wiel Coerver sebagai “libero baru Indonesia” bagai seorang dirigen sebuah orchestra indah sepakbola Indonesia. Dan ini bisa dimainkannya dengan sempurna karena Ronny memiliki visi permainan yang hebat, sangat cerdas dalam merancang settpiece bola mati bagi Indonesia, pandai mengantisipasi umpan terobosan lawan, pengumpan dengan akurasi di atas 90% meskipun tanpa melihat rekannya berada jauh di depan. Ronny beruntung didukung pula oleh pemain-pemain bertalenta luar biasa. Simson dan Didik memiliki kemampuan dribble yang luar biasa cepat tetapi bola tetap lengket melewati satu-dua bahkan tiga pemain Jepang. Warta dan Nasir Salasa memiliki kemampuan bertahan dan merebut bola sangat baik. Gelandang Indonesia pada diri Herry Kiswanto, Budi Johanis, Mettu Duaramuri dan Rully Nere ibarat kuartet gelandang timnas Perancis era Michael Platini-Jean Tigana-Alain Giresse-Luiz Fernandez, yang menjuarai Piala Eropa pada tahun 1984. Rully Nere bahkan dijuluki “Jean Tigana Asia”. Bagaimana Rully dapat merebut bola dengan tackling sangat bersih dari belakang berkat bimbingan pelatih Wiel Coerver. Mettu adalah “Mutiara Hitam” Persipura yang kalau berada di kompetisi Eropa adalah persis pemain timnas Perancis dan klub Juventus, Lilian Thuram. “Si Akang” Herry Kiswanto, pemain asal Persib Bandung ini adalah seorang breaker pasca Nobon yang berkelas Asia bahkan Eropa seperti diakui Wiel Coerver atau sedikitlah di bawah Gatusso dari AC Milan. Dan Risdianto adalah pemain Indonesia pertama yang dipuji habis oleh Pele (klub Santos) sebagai striker terbaik di Asia. Risdianto membuat hattrick ketika Indonesia kalah 3-5 lawan klub Santos. Pele kemudian ketemu lagi Risdianto ketika klub terakhirnya Cosmos, New York melawan timnas Indonesia di Senayan.

Dengan komposisi pemain seperti itu, Jepang kalah telak 0-4 dari timnas Indonesia. Ada settpiece sangat indah dari satu gol Indonesia ini. Ronny mengatur Risdianto agar berdiri pada pagar pemain-pemain Jepang dan menyuruh Hadi Ismanto, pemain dengan kecepatan lari 10,5 detik/100 meter di pinggir kanan pagar pemain Jepang. Ronny dengan hebat mencungkil bola melewati pagar pemain Jepang dan Hadi Ismanto berlari sangat cepat lolos dari perangkap offside untuk berhadapan langsung dengan kiper Jepang, Taguchi. Itulah kemenangan terakhir yang diraih Indonesia atas Jepang.
“Pelajaran Sepakbola Indonesia” benar-benar sangat dimanfaatkan Jepang. Keunggulan pemain Indonesia dalam sprint pendek dipelajari oleh mereka. Kelenturan tubuh dalam membalikkan badan pada para pemain belakang Indonesia dipelajari secara ilmiah. Karakter permainan Indonesia yang lebih mirip atau lebih condong ke Brazil -----dan arena itu Indonesia dijuluki oleh President FIFA, Sepp Blatter sebagai “Brazil Asia”----- benar-benar dipraktekkan Jepang dengan mengundang para pemain Brazil dan pelatih Brazil ke J-League pada tahun 1992. Sebelum itu pada tahun 1989, pemain Indonesia Ricky Jacob diundang untuk bermain di klub Matshushita Electric, Japan.

Jepang berhasil mengelola kompetisi dengan baik karena para stake holder bekerja secara professional; kemajuan dunia industrinya sangat mendukung kompetisi level tertinggi di Asia ini sehingga baik pelatih maupun pemain berkelas dunia mau merintis karier disini; pengurus “PSSI Jepang” bekerja total untuk kemajuan organisasi dan bukan bekerja untuk mencari keuntungan di organisasi; para “bobotoh” pun sangat sportif, tidak berperilaku anarkis dan tak terus menuntut klub harus terus-terusan menang berbeda dengan para bobotoh di Indonesia. Tak heran, bila timnas Jepang performanya sangat kece; jauh dengan timnas PSSI yang dipimpin dua periode kepengurusn Nurdin Halid ini terus-terusan prestasinya memble.

0 komentar:

Penggemar Blog IA-ITB :

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP