5-10% Mahasiswa Baru ITB DO

>> Friday, June 4, 2010

From: H.Z Abidin
To: dosen@itb.ac.id
Cc: IA-ITB@yahoogroups.com
Sent: Friday, June 04, 2010 2:16 PM
Subject: [IA-ITB] 5-10% Mahasiswa Baru ITB DO




5-10% Mahasiswa Baru ITB DO

BANDUNG, (PR).-
Lima sampai sepuluh persen dari setiap angkatan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) drop out pada empat semester awal, mereka tidak lulus tahap persiapan bersama. Ketidakmampuan mahasiswa baru menjalani masa transisi pola belajar di SMA dengan perguruan tinggi, menjadi faktor utama kondisi tersebut.

Hal itu dikatakan Rektor ITB Prof. Akhmaloka, saat ditemui di Gedung Rektorat ITB, Rabu (3/6). Menurut dia, setiap tahunnya ITB menerima tiga ribu mahasiswa baru. Namun, lima sampai sepuluh persen dari jumlah tersebut drop out pada tahap persiapan bersama (TPB). "Jumlah tersebut sebenarnya sudah berkurang dibandingkan sebelumnya," katanya.

Pada TPB, kata Akhmaloka, mahasiswa baru wajib mengikuti 36 SKS selama dua semester. Apabila indeks prestasi (IP) yang didapatkan kurang dari satu, maka mahasiswa tersebut langsung dikeluarkan pada tahun pertama. Namun, bila IP yang didapatkan antara satu dan dua, mahasiswa tersebut diberi kesempatan mengulang selama dua semester lagi.

Akhmaloka mengatakan, ITB sudah melakukan penelitian dan pengamatan terhadap banyaknya mahasiswa baru yang harus dikeluarkan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, faktor utama mahasiswa yang drop out itu bukan karena kurangnya kecerdasan intelektual, tetapi disebabkan ketidakmampuan berinteraksi di kampus. "Ada transisi yang tidak mulus dari SMA ke perguruan tinggi. Misalnya saja si anak di SMA biasanya juara, masuk sini bertemu juara. Kan tidak bisa selamanya juara sehingga akhirnya dia gagal bersosialisasi. Ada juga juara olimpiade di SMA, tetapi di sini keasyikan main komputer atau aktivitas lain sehingga kuliahnya tidak baik," ujarnya.

Untuk menyikapi kondisi tersebut, ITB melaksanakan program pendidikan kepribadian yang diselipkan di sela-sela TPB. Program tersebut tidak berbentuk tutorial melainkan merupakan ekstrakurikuler yang membantu pengembangan kecerdasan emosi mahasiswa tersebut.

Sementara itu, psikolog perkembangan Ihsana Sabriani Borualogo mengatakan, kondisi tersebut juga banyak dialami mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi lainnya. Dia mengatakan, kegagalan anak dalam menjalani transisi pola belajar dari SMA ke kuliah lebih banyak disebabkan ketidakmampuan dalam beradaptasi. Hal itu bisa semakin parah bila anak tersebut tidak terbiasa mandiri. "Di SMA mungkin dia biasa dicecoki, dibimbing untuk belajar. Namun, saat kuliah kan berbeda. Dia dilepas," ujarnya di Bandung, Kamis (4/6).

Selain itu, kegagalan masa transisi itu juga bisa disebabkan anak tidak betul-betul mengenali apa tuntutan di perguruan tinggi tersebut. Hal itu bisa disebabkan jurusan yang dipilih tidak sesuai dengan minat dan kemampuannya. "Jadi, disarankan untuk memilih jurusan tidak hanya agar terlihat keren, tetapi berdasarkan minat dan kemampuan calon mahasiswa," ujarnya.

Ihsana mengatakan, orang tua memiliki peran yang cukup penting dalam membangun kepribadian anak, terutama kemandirian dan kemampuan beradaptasi. "Orang tua harus support luar biasa dan memahami anaknya dengan baik karena mereka sebenarnya yang paling tahu bagaimana kondisi anaknya," ujar dia. (A-185)***

===========================
Prof. Dr. Hasanuddin Z. Abidin
Wakil Rektor Bidang Komunikasi,
Kemitraan dan Alumni (WRKMA)
Institut Teknologi Bandung
Jl. Tamansari no. 64, Bandung 40132
Telp/Fax: 022-2500935
E-mail : wrkma@pusat.itb.ac.id
Website : http:///www.itb.ac.id
===========================

0 komentar:

Penggemar Blog IA-ITB :

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP