Waterworld ( part 1 )
>> Thursday, September 3, 2009
Sungkup Pelindung Sambungan Kabel Taman Anda
Anda pasti ingat saat The Mariner membawa Helen ke kedalaman laut untuk meyakinkannya bahwa the Dryland telah lama basah terendam air dalam filem Waterworld ( Universal Studio - 1995). Karena tidak memiliki insang sebagaimana the Mariner yang merupakan Ichtyus Sapien yang sebangsa mutan ikan, maka Helen ditempatkan dalam sebuah diving-bell atau sungkup kedap air dari plastik tembus pandang agar masih bisa bernapas sebagai manusia biasa. Meski agak berlebihan, bagian ini adalah salah satu bagian yang saya sukai dari filem yang entah kenapa menerima banyak kritik negatip tersebut.
Menurut catatan di Wikipedia ( http://en.wikipedia.org/wiki/Diving_bell ) ternyata diving-bell secara konsep ternyata sudah didiskripsikan oleh Aristoteles pada 4 abad sebelum masehi. Banyak diyakini bahwa perangkat sungkup kedap air moderen baru dibuat dan digunakan pada pertengahan abad ke 16 (1535) oleh Guglielmo de Lorena . Entah siapa dia, mungkin juga nenek-moyang pemilik bis Lorena yang legendaris di jalan-jalan di Jawa Barat itu.
Sejak pertama kali melihat gambar sungkup kedap air saya memang terkagum-kagum pada wahana yang memungkinkan orang bekerja di bawah permukaan air tersebut. Perkenalan pertama saya pada gambar perangkat ini terjadi pada saat saya mulai senang membuka-buka buku, meski baru bisa mengenal gambarnya. Buku yang memuat gambar sungkup-air adalah buku Natuurkunde ( kitab ilmu alam ??? ) milik ayah saya almarhum. Selalu asyik menanyakan pada ayah tentang gambar ini dan itu yang termuat dalam buku tersebut. Dari pelbagai gambar yang ada, maka the diving-bell ( taucherglocke ) menjadi salah satu gambar favorit saya. Sayang buku tersebut tersimpan di rumah saya di Solo sana sehingga saya tidak bisa menyalinnya untuk saya sajikan di sini. Namun kurang lebih gambar yang ada di buku tersebut mirip seperti gambar berikut :
Kekaguman saya terhadap sungkup inilah yang membawa saya pada ide-ide penggunaan sungkup kedap air untuk keperluan praktis lainnya di luar untuk perlindungan pekerjaan di dalam laut. Sebagian dari ide telah saya coba dan gunakan dan sebagian ide lainnya hanya sampai pada mereka-reka saja tanpa pernah mencobanya. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan saya tidak berkaitan di samping karena skalanya di luar kemampuan saya. Guyonnya seperti ini, saya tidak mau rame olehe nyoba njur sapa sing beya ( sibuk mencoba lalu siapa yang kasih beaya ).
Pada saat SMA, untuk bisa memiliki uang saku terkadang saya jadi tukang instalasi listrik atau lebih tepatnya tukang memperbaiki instalasi listrik untuk rumah-rumah beberapa kenalan dan keluarga teman-teman saya. Walau berkelas amatiran karena memang tidak memiliki sertifikat instalatur listrik dari PLN, namun tentu pekerjaan tersebut tidak saya lakukan asal-asalan. Kebetulan pula pada saat itu pengetahuan saya tentang listrik pada level instalatur cukup memadai dan tidaklah memalukan atau ngisin-isini.
Salah satu instalasi yang sering saya lakukan adalah perbaikan atau pemasangan lampu taman. Persoalan umum pada instalasi lampu taman adalah sering terpaksa harus menyambung kabel tanah. Meski hal ini tampak sepele bagi yang biasa menginstalasi listrik atau yang tahu soal listrik tapi saya sangat sering menjumpai kecerobohan atau kasarnya ketidak-pedulian dalam mengamankan sambungan di dalam tanah, bahkan oleh orang yang secara resmi bersertifikat instalatur. Seringkali saya jumpai sambungan kabel yang hanya di-isolasi secukupnya dan paling banter ditambah bungkus plastik lalu ditimbun tanah begitu saja. Pada jaman itu tentu konektor atau isolator kedap air yang khusus untuk sambungan kabel bawah tanah tidaklah mudah didapat atau bahkan tidak ada di daerah saya. Saat musim kering tentu tidak begitu masalah, meski harus diingat bahwa taman itu temannya air, jadi perlu secara rutin disiram. Nah persoalan serius terjadi pada saat musim hujan. Mudah dipahami bahwa air akan merembes pada sambungan yang tidak benar-benar rapat. Akibatnya, paling ringan lampu kedap-kedip atau tidak begitu terang ( bhs jawanya mbleret ). Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah kortsleuting ( = short-circuited, hubungan-singkat, hubungan-pendek atau ada yang nyebut kongslet ) yang mengakibatkan begrenser-nya jatuh atau dalam bahasa jawa disebut njeglek ( begrenser itu kalau sekarang kwh-meter + mcb). Yang lebih fatal, dan ini beberapa kali terjadi, ada orang menggelepar kesetrum saat melintas di genangan air di sekitar sambungan yang nekat dan ceroboh tersebut. Di jaman sekarang di kota-kota besar relatip mudah diperoleh alat atau perangkat untuk melindungi sambungan kabel yang ditanam di tanah. Namun pada jaman itu, atau barangkali juga hingga saat ini di kota kecil atau di daerah pedesaan tentu tidak akan diperoleh perangkat semacam itu.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut sebenarnya caranya teramat mudah, murah dan yang paling utama andal. Cara tersebut menggunakan konsep sungkup kedap udara yang ditemukan Aristoteles di abad ke-empat sebelum masehi. Yang kita perlukan hanyalah sebuah botol-beling yang cukup tebal, misalnya botol obat-obatan. Untuk saat ini barangkali botol yang mudah di dapat adalah botol minuman yang berikut isinya hanya 1500 sampai 2000 perak saja. Jangan gunakan botol yang terbuat dari plastik karena suatu saat akan retak terkena panas dan menerima tekanan geser tanah. Untuk mempermudahnya, silahkan lihat sketsa di bawah ini :
Untuk meningkatkan ke-andal-an :
Yang sebenarnya tidak perlu saya tulis, tapi bolehlah saya ingatkan adalah :
Cara murah ini benar-benar andal. Taman boleh basah sebasah-basahnya, hujan boleh turun sederas-derasnya atau banjir boleh menggenang sesuka-sukanya, selama botol tidak retak dan botol terisi udara dijamin sambungan listrik taman ( atau bahkan kolam ) anda tidak akan bocor dan nyetrum.
Terutama bagi sahabat-sahabat yang tidak biasa dengan listrik, perhatikan baik-baik apabila anda menyuruh orang menyambung kabel untuk ditanam di tanah atau di air. Kalau tidak menggunakan cara yang memadai, berkenanlah memberi tahu cara ini agar listrik anda aman bagi anda dan keluarga anda, di samping agar orang tersebut tidak melakukan kecerobohan pada pekerjaan-pekerjaan berikutnya. Semoga catatan sederhana ini dapat menghindarkan kecelakaan tersengat listrik yang tidak perlu terjadi akibat terendamnya sambungan listrik bawah tanah . Semboyan-nya :
Anda pasti ingat saat The Mariner membawa Helen ke kedalaman laut untuk meyakinkannya bahwa the Dryland telah lama basah terendam air dalam filem Waterworld ( Universal Studio - 1995). Karena tidak memiliki insang sebagaimana the Mariner yang merupakan Ichtyus Sapien yang sebangsa mutan ikan, maka Helen ditempatkan dalam sebuah diving-bell atau sungkup kedap air dari plastik tembus pandang agar masih bisa bernapas sebagai manusia biasa. Meski agak berlebihan, bagian ini adalah salah satu bagian yang saya sukai dari filem yang entah kenapa menerima banyak kritik negatip tersebut.
Kevin Costner - Jeanna Tripplebout - Tina Majorino
( the Mariner - Helen - Enola )
Waterworld - Universal Studio - 1995
( the Mariner - Helen - Enola )
Waterworld - Universal Studio - 1995
Menurut catatan di Wikipedia ( http://en.wikipedia.org/wiki/Diving_bell ) ternyata diving-bell secara konsep ternyata sudah didiskripsikan oleh Aristoteles pada 4 abad sebelum masehi. Banyak diyakini bahwa perangkat sungkup kedap air moderen baru dibuat dan digunakan pada pertengahan abad ke 16 (1535) oleh Guglielmo de Lorena . Entah siapa dia, mungkin juga nenek-moyang pemilik bis Lorena yang legendaris di jalan-jalan di Jawa Barat itu.
Alexander Agung dalam Sungkup Kaca
( Islamic Painting abad 16 - sumber Wikipedia )
( Islamic Painting abad 16 - sumber Wikipedia )
Sejak pertama kali melihat gambar sungkup kedap air saya memang terkagum-kagum pada wahana yang memungkinkan orang bekerja di bawah permukaan air tersebut. Perkenalan pertama saya pada gambar perangkat ini terjadi pada saat saya mulai senang membuka-buka buku, meski baru bisa mengenal gambarnya. Buku yang memuat gambar sungkup-air adalah buku Natuurkunde ( kitab ilmu alam ??? ) milik ayah saya almarhum. Selalu asyik menanyakan pada ayah tentang gambar ini dan itu yang termuat dalam buku tersebut. Dari pelbagai gambar yang ada, maka the diving-bell ( taucherglocke ) menjadi salah satu gambar favorit saya. Sayang buku tersebut tersimpan di rumah saya di Solo sana sehingga saya tidak bisa menyalinnya untuk saya sajikan di sini. Namun kurang lebih gambar yang ada di buku tersebut mirip seperti gambar berikut :
Kekaguman saya terhadap sungkup inilah yang membawa saya pada ide-ide penggunaan sungkup kedap air untuk keperluan praktis lainnya di luar untuk perlindungan pekerjaan di dalam laut. Sebagian dari ide telah saya coba dan gunakan dan sebagian ide lainnya hanya sampai pada mereka-reka saja tanpa pernah mencobanya. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan saya tidak berkaitan di samping karena skalanya di luar kemampuan saya. Guyonnya seperti ini, saya tidak mau rame olehe nyoba njur sapa sing beya ( sibuk mencoba lalu siapa yang kasih beaya ).
Pada saat SMA, untuk bisa memiliki uang saku terkadang saya jadi tukang instalasi listrik atau lebih tepatnya tukang memperbaiki instalasi listrik untuk rumah-rumah beberapa kenalan dan keluarga teman-teman saya. Walau berkelas amatiran karena memang tidak memiliki sertifikat instalatur listrik dari PLN, namun tentu pekerjaan tersebut tidak saya lakukan asal-asalan. Kebetulan pula pada saat itu pengetahuan saya tentang listrik pada level instalatur cukup memadai dan tidaklah memalukan atau ngisin-isini.
Salah satu instalasi yang sering saya lakukan adalah perbaikan atau pemasangan lampu taman. Persoalan umum pada instalasi lampu taman adalah sering terpaksa harus menyambung kabel tanah. Meski hal ini tampak sepele bagi yang biasa menginstalasi listrik atau yang tahu soal listrik tapi saya sangat sering menjumpai kecerobohan atau kasarnya ketidak-pedulian dalam mengamankan sambungan di dalam tanah, bahkan oleh orang yang secara resmi bersertifikat instalatur. Seringkali saya jumpai sambungan kabel yang hanya di-isolasi secukupnya dan paling banter ditambah bungkus plastik lalu ditimbun tanah begitu saja. Pada jaman itu tentu konektor atau isolator kedap air yang khusus untuk sambungan kabel bawah tanah tidaklah mudah didapat atau bahkan tidak ada di daerah saya. Saat musim kering tentu tidak begitu masalah, meski harus diingat bahwa taman itu temannya air, jadi perlu secara rutin disiram. Nah persoalan serius terjadi pada saat musim hujan. Mudah dipahami bahwa air akan merembes pada sambungan yang tidak benar-benar rapat. Akibatnya, paling ringan lampu kedap-kedip atau tidak begitu terang ( bhs jawanya mbleret ). Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah kortsleuting ( = short-circuited, hubungan-singkat, hubungan-pendek atau ada yang nyebut kongslet ) yang mengakibatkan begrenser-nya jatuh atau dalam bahasa jawa disebut njeglek ( begrenser itu kalau sekarang kwh-meter + mcb). Yang lebih fatal, dan ini beberapa kali terjadi, ada orang menggelepar kesetrum saat melintas di genangan air di sekitar sambungan yang nekat dan ceroboh tersebut. Di jaman sekarang di kota-kota besar relatip mudah diperoleh alat atau perangkat untuk melindungi sambungan kabel yang ditanam di tanah. Namun pada jaman itu, atau barangkali juga hingga saat ini di kota kecil atau di daerah pedesaan tentu tidak akan diperoleh perangkat semacam itu.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut sebenarnya caranya teramat mudah, murah dan yang paling utama andal. Cara tersebut menggunakan konsep sungkup kedap udara yang ditemukan Aristoteles di abad ke-empat sebelum masehi. Yang kita perlukan hanyalah sebuah botol-beling yang cukup tebal, misalnya botol obat-obatan. Untuk saat ini barangkali botol yang mudah di dapat adalah botol minuman yang berikut isinya hanya 1500 sampai 2000 perak saja. Jangan gunakan botol yang terbuat dari plastik karena suatu saat akan retak terkena panas dan menerima tekanan geser tanah. Untuk mempermudahnya, silahkan lihat sketsa di bawah ini :
Untuk meningkatkan ke-andal-an :
- Mengolesi dinding bagian dalam botol dengan oli, ter, atau vaselin dan menutup secukupnya mulut botol dengan gumpalan plastik yang sudah diolesi dengan oli atau ter. Tujuannya sederhana saja yaitu untuk agar botol tidak digunakan oleh semut, kelabang atau binatang-binatang kecil lain sebagai ruang tinggal yang nyaman dan hangat.
- Menutup mulut botol dengan gumpalan plastik atau material lain serapat mungkin juga untuk memperkecil kemungkinan pengumpulan uap air di dalam tabung. Bungkusan kecil silica-gel dapat diletakkan dalam botol untuk mengurangi uap air.
Yang sebenarnya tidak perlu saya tulis, tapi bolehlah saya ingatkan adalah :
- Sambungan kabel tetap harus diisolasi dan diatur sedemikan rupa sehingga tegangan api (hot) dan netral tidak bersentuhan.
- Atur agar kawat terbuka ( sambungan ) di dalam botol cukup tinggi dan tidak terlalu dekat dengan mulut botol agar kemungkinan kapilerisasi tidak menyentuk sambungan.
- Atur agar jarak antara kabel api dan netral tidak berdekatan atau bersinggungan agar tidak berlangsung peristiwa kapilerisasi yang dapat menyebabkan air merambat ke atas menyentuh sambungan kedua kabel.
- Perlu diingat bahwa botol hanya berfungsi untuk melindungi dari terendamnya sambungan listrik dari genangan air.
Cara murah ini benar-benar andal. Taman boleh basah sebasah-basahnya, hujan boleh turun sederas-derasnya atau banjir boleh menggenang sesuka-sukanya, selama botol tidak retak dan botol terisi udara dijamin sambungan listrik taman ( atau bahkan kolam ) anda tidak akan bocor dan nyetrum.
Terutama bagi sahabat-sahabat yang tidak biasa dengan listrik, perhatikan baik-baik apabila anda menyuruh orang menyambung kabel untuk ditanam di tanah atau di air. Kalau tidak menggunakan cara yang memadai, berkenanlah memberi tahu cara ini agar listrik anda aman bagi anda dan keluarga anda, di samping agar orang tersebut tidak melakukan kecerobohan pada pekerjaan-pekerjaan berikutnya. Semoga catatan sederhana ini dapat menghindarkan kecelakaan tersengat listrik yang tidak perlu terjadi akibat terendamnya sambungan listrik bawah tanah . Semboyan-nya :
--- apapun kabelnya botol-beling sungkupnya ---
0 komentar:
Post a Comment