[Senyum-ITB] Leader Harus Bisa Mimpi & Peluang Pasar Indonesia

>> Wednesday, February 16, 2011

From: "yuti ariani"
To: "senyum-itb"
Sent: Thursday, February 17, 2011 12:57 AM
Subject: [Senyum-ITB] Leader Harus Bisa Mimpi & Peluang Pasar Indonesia


Saya baru dari daerah yang dilabeli BPS dengan miskin. Penghasilan
mereka yang memang sedikit setengahnya dihabiskan untuk rokok, ngga
tau berapa yang dihabiskan untuk pulsa. Kemiskinan struktural?

Apa batasan antara kebutuhan dasar dengan konsumtif? Ada bahan-bahan
kebutuhan mandi yang di daerah dimana munculnya konsep BOP bisa dibuat
lokal dengan adanya perusahaan multi-nasional menjadi non-lokal. Ada
juga gerakan-gerakan seperti ini yang muncul dengan isu sanitasi,
seperti cuci tangan berubah menjadi pengerucutan ke merk tertentu.
Batasnya sangat tipis antara kebutuhan dengan konsumtif. Kalau dari
wawancara saya ke petani dan nelayan, kerja selalu dihitung dengan
rokok. Bahkan beberapa rekan saya ngga bisa mikir kalau ngga merokok.
Jadi ini termasuk kebutuhan atau kebiasaan konsumtif?

Masalah pendidikan juga kompleks. Dulu saya mewawancara kelompok
pengamen, ada yang sekolah dan tetap kesulitan bekerja. Karena sekolah
orientasinya untuk bekerja. Bagaimana pendidikan bisa mengubah
kebiasaan itu jalannya lebih panjang lagi. Di pulau Karimun Jawa salah
satu yang menarik adalah bagaimana SMK mengajarkan budidaya rumput
laut yang langsung terpakai sehari-hari. Saya ngga tau kalau sistemnya
pasar kerja yang sama bagaimana mekanismenya? Hal yang saya amati dari
proses variasi ini, misalnya di Karimun Jawa, adalah adanya tokoh
(dosen Undip yang pernah jadi Menteri) yang membawa variasi ini.

Yang selalu jadi pertanyaan untuk pendekatan dari pemerintah adalah
apakah Indonesia adalah skala yang tepat? Kalau melihat kisah
tokoh-tokoh leadership tampaknya tingkat intervensi harus dibuat lebih
lokal.

salam,
yuti

2011/2/16 Adi Indrayanto :
>
> Miskin karena pilihan? Ada yg memilih menjadi miskin? Sepertinya lebih
> banyak yg miskin karena sistem. Apa istilahnya? Kemiskinan Struktural?
>
> Kalau produk keperluan sehari-hari dibuat murah agar terjangkau itu lain
> soal. Tapi kalau produk tersebut malah menjadikan makin konsumtif bagaimana?
>
> Contohnya, rokok. Harga satu batang itu terjangkau. Semua orang bisa beli,
> termasuk BOP. Tapi, apa ini berguna bagi mereka yg ada di BOP? Mustinya, yg
> seperti ini dibebani pajak yg sangat tinggi ... agar harga tidak terjangkau
> di segment BOP.
>
> Pemerintah, kalau benar2 concern mau memperbaiki nasib yg ada di BOP, musti
> "selective". Tidak bisa dilepaskan ke mekanisme pasar. Orang2 di BOP ini
> akan terjebak terus dalam kemiskinannya.
>
> Contoh, pendidikan yg sebenarnya salah satu cara untuk menaikan level dari
> BOP ke MOP, malah dibebaskan mengikuti mekanisme pasar. Alhasil, makin tak
> terjangkau.
>
> Idealnya, bisnis yg mentarget di segment BOP, musti di "regulasi". Yg
> mendukung perbaikan nasib, diberikan insentif. Yg malah membuat terpuruk
> diberikan disentinf ..
>
>
> salam,
>
> -ai-
>
>
> On Wed, Feb 16, 2011 at 11:05 PM, yuti ariani wrote:
>>
>>
>>
>> Ada konsep namanya BoP, bottom of pyramid, business modelnya membidik
>> pasar orang-orang miskin dengan ide meningkatkan daya beli mereka.
>> Kemasannya dibuat kecil-kecil, sistem eceran, sehingga orang miskin
>> (penghasilan di bawah 2 dollar). Banyak pro dan kontra terhadap konsep ini.
>> Ada yang menganggap ini kedok baru konsumerisme, ada yang menilai cara ini
>> ampuh untuk meningkatkan masyarakat, semacam insentif untuk menjadi lebih
>> produktif.
>>
>> Perdebatan pendekatan ini banyak berkisar pada paradigma mengenai orang
>> miskin itu sendiri. Apakah mereka miskin secara sistem, apakah mereka
>> memilih untuk miskin, dlsb.
>> Kalau buat saya, pengusaha harus jujur, berhati dingin dalam artian logis
>> dan berani membuat terobosan bisa bagus, tapi kalau dalam arti menjadi
>> vampir mah bukan berhati dingin tapi jahat.
>> salam,
>> yuti
>>
>> On Wed, Feb 16, 2011 at 3:25 PM, Adi wrote:
>>>
>>>
>>>
>>> Gelo ... Orang miskin kok malah dijadikan target bisnis ... apa ya tega?
>>> Bisnis sukses yg targetnya orang miskin dulu itu SDSB. Kalau di Eropa
>>> Lottery ... . Orang miskin, pengangguran, tukang becak, senang pasang kode
>>> buntut ... dgn harapan bisa merubah nasib dirinya ...
>>> Aduh ... sy kalau harus jadi pengusaha dgn mengeksploitasi orang miskin
>>> sepertinya mending jadi dosen aja deh .... gak tega :-(
>>> Apa syarat jadi pengusaha sukses itu musti "berhati dingin" ya? :-(
>>>
>>>
>>> salam,
>>>
>>> -ai-
>>> On Feb 16, 2011, at 2:23 PM, Nurhasan Akbar wrote:
>>>
>>>
>>>
>>> Kata Professor Vijay Govindarajan dari Tuck School of Business . . kita
>>> harus punya mimpi besar . . ;)
>>>
>>> Katanya lagi . . ada banyak orang miskin di Indonesia yang sebetulnya
>>> bisa menjadi peluang bisnis alumni ITB? Tapi syarat utamanya untuk masuk
>>> bisnis itu adalah INOVASI . .
>>>
>>> Setahu saya . . Procter Gambler berusaha masuk ke pasar orang miskin di
>>> China yang pendapatannya kurang dari $2 per hari . . menurut data mereka
>>> bisa tumbuh 6-8% dengan melayani orang miskin di sana . . daripada hanya
>>> 1-2% tumbuhnya jika mereka melayani negara maju . .
>>>
>>> Indonesia yang katanya banyak yang 'miskin' bisa jadi pasar masa depan ya
>>> . .
>>>
>>> Berikut cuplikannya . . mudah2an bermanfaat.
>>>
>>> Salam,
>>> -akbar el82
>>>
>>> American businesses need the next generation of innovators to step up in
>>> order to succeed. But how do we find them? Tuck School of Business professor
>>> Vijay Govindarajan might have an answer.
>>>
>>> Govindarajan, a business professor, student of corporate innovation, and
>>> occasional sports buff, recently released his eighth book, a veritable
>>> how-to guide for CEOs and entrepreneurs titled The Other Side of Innovation:
>>> Solving the Execution Challenge.
>>>
>>> Q: What should a leader do to facilitate innovation within his or her
>>> organization?
>>>
>>> A: I think the most important thing the leader can do is dream. And dream
>>> big. Big ideas and big concepts lead to major change. Innovation is about
>>> bringing out something new, like Apple’s iPod or jet engines. When I say
>>> dream big, I’m talking about John F. Kennedy. Of course, we’ve all heard
>>> about the early ’60s, when he said we’ll put a man on the moon and bring him
>>> back before the end of this decade. That was a dream. And that big idea led
>>> to so many innovations that we’re still benefiting from. Dreaming is what
>>> creates legacy.
>>>
>>> Q: You have spent decades studying innovation in large organizations.
>>> What draws you to this subject? Why does it fascinate you?
>>>
>>> A: It fascinates me because in this world there are eight billion people.
>>> Unfortunately, corporations have divided these eight billion into two
>>> groups. There are three billion who can afford the products these companies
>>> make and five billion that we have left to charities, governments, and
>>> nongovernmental organizations to take care of. That’s outmoded thinking. We
>>> have to bring the five billion poor into the consuming base. If you want to
>>> bring them into the consuming base, you can’t give them the same products
>>> that you offer to the three billion. So the only way you can make them
>>> consumers is through innovation and new solutions. And out of the five
>>> billion poor, one billion of them are from India. I am from India, and I was
>>> always frustrated by this. There were only 200 million rich people in India
>>> that could afford these products, but what about the one billion poor? And
>>> just because they’re poor, it doesn’t mean they don’t have aspirations.
>>> They want to give their kids access to education, health care,
>>> transportation. They have the same aspirations as everyone else. They want
>>> quality products.
>>>
>>> So, this is probably the biggest opportunity for business. How do you
>>> bring the five billion poor into the consuming base? That requires
>>> innovation. Let’s think radically differently. I really believe in
>>> capitalism, and I really believe in profit motive. But companies so far have
>>> focused too much on making money. There’s nothing bad about making money,
>>> but let’s make a difference as well.

0 komentar:

Penggemar Blog IA-ITB :

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP