Sosok Seorang Fisikawan
>> Sunday, May 16, 2010
Ada sebuah pertanyaan sederhana :” Jumlah kaum pelajar (dan terpelajar) Indonesia pasca politik etis dicetuskan sebenarnya sangat sedikit.. namun yang sedikit tersebut mampu membawa Indonesia menuju gerbang kemerdekaan hanya berselang 37 tahun setelah Budi Utomo lahir. Sekarang berapakah jumlah pelajar Indonesia? Tentunya jauh lebih banyak.. namun, kenapa jumlah yang banyak ini seakan kurang mampu menghasilkan satu kekuatan yang kokoh? Adakah perbedaan antara pelajar zaman dulu dengan pelajar zaman sekarang..?
Setiap ilmu yang dipelajari seorang pelajar memiliki watak dan karakternya tersendiri. Dan oleh karena itu, setiap bidang ilmu punya dongengnya sendiri, menyimpan cerita atau narasi besarnya sendiri serta menuntut orang yang mempelajarinya untuk berkarakter sesuai watak bidang ilmu tersebut. Andaikan setiap pelajar Indonesia memiliki integritas terhadap bidang ilmu yang digelutinya.. tentu akan lebih indah hasilnya…
Saya ingin share tulisan yang saya buat beberapa bulan lalu.. hanya ingin share pengalaman “spiritual” ketika belajar di Fisika ITB selama 6 tahun
Sosok Seorang Fisikawan
Berawal dari iseng menulis status di Facebook yang isinya adalah penggalan kutipan pertanyaan anaximenes kepada phytagoras :
”Apa tujuannya sehingga aku harus menyibukan diri untuk menatap langit malam dan mencari rahasia diantara bintang-bintang sementara didepan mataku terjadi perbudakan dan kematian?”
Lalu teman saya (sedang mengambil master/doctor di Leiden, dulu pernah menjadi rekan diskusi dan berbagi cerita serta kecintaan terhadap fisika dan astronomi) menyatakan ketidaksetujuannya. Kemudian iseng pula saya bertanya balik :” So tell me … the beauty of physics and its humanity?” dan lantas beliau menjawab :
"what do you mean by humanity? the war to gain power? is that what you mean?
science, technology, art are part of human civilization. and don`t get me wrong, person learning science doesn`t mean he does not care about his surrounding. I hope you see thing in more holistic way.
learning is the most basic principle for human to free them selves.
people can do many things to make better surroundings by science.
i do not see them who do politics is worse, i honour people for what they choose. You should see other field as tools to move together to bring better future for human. :) just my thought though"
Jawaban ini membuatku mengembara sedikit kemasa silam. Satu yang kuingat adalah Fisika membantuku menjadi manusia merdeka. Betapa nikmat saat keingintahuan dan pertanyan-pertanyaan menjadi liar tak terkekang sehingga mampu melahirkan hasrat untuk mencari. Betapa sejuk ketika dalam keseharian diwarnai doktrin kebenaran dan lepas dari wacana kompromi. Fisikawan tak hanya seorang yang mengisi dunianya dengan fisika. Physicist is not just a physicist…
Physicist is an artist. Fisikawan memandang alam semesta dengan pemaknaan penuh atas keindahan dan harmoni yang sempurna. Seorang pelukis mengungkap keindahan semesta dengan kanvas dan tinta, sementara fisikawan menghayati keindahan semesta lantas mengungkapkanya diatas persamaan matematika. Alkisah ketika pertama kali muncul persamaan Maxwell, ada yang berkomentar :”Apakah seorang Dewa yang menuliskannya?” komentar ini adalah spontanitas seorang fisikawan selepas melihat Maxwell equation yang simetri, rapi dan tersusun indah serta komprehensif (dapat ditulis dalam bentuk diferensial atau integral).
Sebagai tambahan, seorang fisikawan biasanya adalah seorang yang Romantis.. seseorang yang mampu mengungkap keindahan dan harmoni yang terselubung dalam bahasa matematika tentunya juga mampu mengungkapkanya dalam untaian kata.
Fisikawan adalah seorang yang humanis. Seseorang yang bisa menghargai semesta yang mati tentunya mampu menghargai yang hidup. Humanisme ini tercermin dalam keseharian beberapa tokoh fisika,,Einstein menangis bersama beberapa fisikawan lain saat Jepang di Bom. Kemudian mereka berseloroh :”Manusia tidak pernah tahu apa yang dilakukannya!” Abdus Salam menyumbangkan hadiah nobelnya guna membangun ICTP yang spiritnya adalah menjembatani kesenjangan antara barat dan timur. Demikian pula dengan Chen nin yang, Yukawa, Plank dan sebagainya.
Fisikawan adalah seorang yang keras kepala, tak pernah menyerah dalam menggapai impian. Kepler menunggu hingga 20 tahun untuk sampai pada perumusan ketiga hukumnya. Masatoshi Kosiba bukan seorang yang cemerlang, dia harus berjuang keras sampai akhirnya ia mendapat nobel atas penemuan Neutrino. Currie harus menempuh sekian kilometer ketika harus “nyambi” ngajar demi mensupport pendidikan dia, mengolah berton bahan dengan tungku panas untuk sekedar mendapat beberapa gram radioaktif.
Fisikawan adalah pahlawan pembela kebenaran. Galileo harus menerima tahanan rumah karna mempertahankan keyakinannya akan heliosentris. Dalam hal ini saya teringat isi konsepsi KM ITB yang memberi koridor peranan seorang insan akademis : Mencari dan membela kebenaran ilmiah.
Seringkali seorang fisikawan memiliki karakter yang kuat dan pribadi yang unik. Dirac sang jenius pertapa, Feynman yang eksentrik atau Schrodinger sang jenius pecinta. Bohr yang disegani karena kesahajaan dan kepemimpinannya. Mereka terikat kuat oleh ikatan pencarian tertentu.. seperti ikatan antara Einstein (Jerman) dan Eddington (Inggris) meski mereka saat itu berada pada pihak yang saling berperang (perang dunia 2).
Fisikawan juga seorang Filsuf,,dibalik formula matematik yang njelimet, kompleksitas alat eksperimen.. tersembunyi Hasrat manusia merdeka yang meyakini kebenaran tertentu :” Bahwa alam semesta digerakan oleh hukum yang sederhana, berjalan dengan simetri yang luar biasa serta harmoni yang membentuk keindahan dan keagungan”.
Dan pada akhirnya… James Watt tak sekedar membuat mesin uap, yang ia buat adalah sesuatu yang melahirkan revolusi industri dan pada akhirnya mengubah tatanan social secara global. Dari sanalah lahir marxisme, dikotomi borjouis-proletar dan kolonialisme.
Oppenheimer tak sekedar membuat bom atom, yang ia buat adalah sesuatu yang pada akhirnya menentukan konfigurasi politik global. Pun demikian dengan Shockley yang tak sekedar membuat transistor, yang ia ciptakan menjadi landasan revolusi teknologi informasi dan kini telah menjelma menjadi alat untuk infiltrasi budaya dan rekayasa social.
Mungkin disinilah posisi seorang fisikawan... menjadi yang terdepan dan (mungkin) kemudian dilupakan...
Zulkaida Akbar
Fi 03
0 komentar:
Post a Comment