Ukuran "World Class University"

>> Thursday, April 29, 2010

From: anza
Sent: Thursday, April 29, 2010 10:23 AM
Subject: [IA-ITB] ukuran "world class university"

dear ITB,

dulu saya diberi tugas kuliah untuk menyusun ide bagaimana agar SBM menjadi menjadi "world class university". pertanyaan pertama tentu saja apa sih ukuran sebuah universitas dikatakan sebagai world class university. coba saja search di google kata world class university ada 46,5 juta link. kalo di kasih tanda kutip "world class university" hasilnya 1 juta lebih link.

Pengukuran performansi universitas dan sekolah bisnis seringkali susah untuk dilakukan. Kesulitan utama adalah mengenai kesepakatan bagaimana metodologi yang tepat untuk mengukur performansi suatu institusi pendidikan. Ada beberapa lembaga pemeringkat universitas yang melakukan pengukuran terhadap performansi institusi pendidikan dunia dilihat dari berbagai aspek. Berikut lembaga pemeringkat beserta ukuran performansi yang mereka gunakan:
  • Times Higher Education – QS World University Rankings

Times Higher Education, adalah publikasi dari inggris yang melaporkan secara spesifik isu-isu yang berhubungan dengan pendidikan tinggi, bekerjasama dengan Quacquarelli Symonds (QS), setiap tahum menerbitkan THES-QS World University Rankings, daftar dari peringkat 500 universitas di seluruh dunia. THES-QS Ranking mendapatkan kritik karena sistem penilaiannya yang subjektif karena menggunakan sistem penilaian berdasarkan jajak pendapat terhadap 3.000 pelajar dan akademisi untuk menilai universitas.

  • Academic Ranking of World Universities

Adalah peringkat yang diterbitkan oleh Universitas Shanghai Jiao Tong, yang merupakan proyek skala besar Cina untuk menyediakan peringkat yang independen dari berbagai universitas di dunia terutama untuk mengukur gap antara Universitas di Cina dan Universitas “Kelas Dunia”. Hasil penelitian tersebut sering dikutip oleh majalah “The Economist” dalam membuat peringkat universitas di dunia. Seperti halnya pemeringkat lainnya, masalah utamanya adalah mengenai metodologi penilaian, kritik terutama diarahkan kepada penilaian bias dimana jurnal ilmu pasti mendapat nilai lebih dibandingkan jurnal subjek lainnya seperti ilmu bahasa inggris. Ini terlihat dari kriteria yang digunakan seperti banyaknya jumlah jurnal atau artikel yang diterbitkan oleh jurnal Science dan Nature (kedua jurnal tersebut diperuntukan untuk ilmu alam yang diterbitkan dalam bahasa inggris), atau jumlah pemenang nobel (yang kebanyakan diberikan kepada ilmu fisika) dan Fields Medalists (di bidang matematika).

  • Newsweek

Pada Agustus 2006, majalah Newsweek dari AS menerbitkan Top 100 Global Universities, menggunakan dua kriteria yaitu Academic Ranking of World Universities oleh Shanghai Jiao Tong University dan The Times Higher Education, dengan kriteria tambahan seperti banyaknya pustaka dalam perpustakaan yang dimilika. Tujuannya adalah untuk melihat kemampuan keterbukaan dan keaneragaman Universitas dan juga kemampuan dalam hal riset.

  • Webometrics

Webometrics Ranking of World Universities adalah hasil pemeringkatan oleh Cybermatic Lab (CCHS), bagian unit dari National Research Council (CSIC), badan riset publik utama di Spanyol. Badan tersebut menyediakan lebih dari peringkat 4.000 universitas berdasarkan dari kehadiran websitenya.

Peringkat tersebut dimulai pada 2004 dan penilaian berdasarkan indikator gabungan yang menilai konten web universitas dan visibilitas dan dampaknya dari publikasi dalam web berdasarkan jumlah inlink eksternal yang mereka terima. Pendekatan ini melihat aktivitas ilmiah yang direpresentasikan dengan banyaknya orang yang melihat publikasi di website akademik mereka.

Indikator webomatric digunakan untuk memperlihatkan komitmen dari institusi pendidikan terhadap publikasi melalui web. Tetapi seringkali penilaian ini menjadi bias karena banyak Universitas dengan kualitas akademik tinggi diberi nilai lebih rendah daripada seharusnya karena kebijakan membatasi publikasi melalui web (karena masalah hak cipta dan lainnya)

  • Professional Ranking of World Universities

Berbeda dengan Academic Ranking of World University, Professional Ranking of World Universities didirikan pada 2007 oleh Ecole Nationale Superieure des Mine de Paris bertujuan untuk mengukur efisiensi dari setiap universitas berdasarkan profesional. Salah satu kriteria utamanya adalah jumlah Chief Executive Officer (CEO) dari 500 perusahaan utama dunia dari segi pendapatan yang pernah belajar di universitas tersebut (peringkat perusahaan berdasarkan Fortune Global 500). Academic Ranking dan Professional Ranking dapat dianggap saling melengkapi karena ukuran pertama mengukur kemampuan universitas menghasilkan akademisi dan yang kedua kemampuan universitas menghasilkan lulusan yang berhasil secara ekonomi

Selain pemeringkat yang disebutkan diatas masih banyak pemeringkat lainnya yang menggunakan beragam metodologi seperti Perfomance Ranking of Scientific Papers for World Universities yang mengukur banyaknya artikel, jurnal, paper dll selama 11 tahun terakhir dan Wuhan University yang mengukur banyaknya jurnal yang diterbitkan dalam 22 bidang ilmu. saya menilai bahwa metodologi yang cukup lengkap dan objektif dalam mengukur performansi institusi pendidikan adalah yang dilakukan oleh Quacquarelli Symonds (QS).

Metodologi Pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS).

QS atau Quacquarelli Symonds Ltd didirikan tahun 1990 oleh Nunzio Quacquarelli setelah lulus dari MBA di Wharton. Tujuan pendiriannya adalah untuk membuat riset mengenai pasar rekrutment MBA dunia. Tahun 1996, QS membuat peringkat 100 besar top sekolah bisnis MBA. Tujuannya adalah untuk mengenali universitas sebagai organisasi dan untuk menyediakan perbandingan secara global dari kesuksesan universitas terkemuka dunia.

QS World University mengidentifikasi 4 pilar kunci bagaimana universitas kelas dunia dibentuk, dan keempat kriteria tersebut menjadi dasar untuk mengevaluasi universitas diseluruh dunia. Keempat kriteria tersebut antara lain.

Kualitas Riset

Seberapa baik output institusi pendidikan yang diterbitkan? Apakah universitas tersebut memiliki kemampuan lebih di bidang disiplin tertentu, kontribusinya terhadap perkembangan ilmu manusia, pemikiran dan pemahaman? Indikator yang sering digunakan untuk mengukur kualitas riset adalah produktivitas (jumlah makalah yang diterbitkan), kutipan (seberapa banyak kutipan yang menjadi referensi oleh akademisi lainnya), penghargaan (nobel atau Fields Medals) dll.

Kualitas Mengajar

Pengalaman apa yang diinginkan oleh siswa dalam ruang kelas? Pengajar seperti apa yang diinginkan oleh siswa? apakan format belajar mengajar memfasilitasi atau menghalangi interaksi? Peran kunci dari universitas adalah untuk mengembangkan pemikiran terbaikan, memberi inspirasi generasi ke depan untuk melakukan riset akademik. Indikator umum yang digunakan untuk menilai kualitas belajar mengajar adalah dengan melakukan survei umpan balik siswa, rasio pengajar dan siswa dan ukuran rata-rata kelas.

Kesiapkerjaan Lulusan


Tidak semua siswa melihat diri sendiri menjadi akademisi. Sebagian besar, bahkan banyak yang mencari pekerjaan di luar akademis. Sebagai contoh kaya universitas yang kaya menawarkan lebih dari sekedar pengalaman di kelas, tetapi juga terdapat klub, kelompok lobi, asosiasi internasional, organisasi sukarela, klub olahraga dan berbagai kegiatan lainnya yang dapat diikuti. Dan hal tersebut diperkuat dengan adanya lingkungan di universitas dimana terdapat beberapa ribu orang asing yang Saling bertemu dan berinteraksi dengan banyak siswa dan 'pengalaman pertama yang independen dan jauh dari rumah. Kesiapan kerja lulusan berbicara lebih dari kekuatan akademis tetapi juga tentang kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim multi-budaya, untuk memberikan presentasi, untuk mengelola orang dan proyek. Indikator umum di daerah ini survei dari pengguna lulusan, lulusan kerja tinggi dan rata-rata gaji lulusan.

Tinjauan Internasional

Apakah universitas melihat melebihi batas-batas negara sendiri? Apakah universitas berkontribusi tidak hanya untuk bangsanya sendiri tetapi juga untuk umat manusia secara umum? Indikator efektif dapat dilihat dari proporsi siswa internasional dan staf, jumlah siswa pertukaran, jumlah dan kemitraan dengan perguruan tinggi di negara lain atau jumlah lulusan yang melakukan studi lebih lanjut di universitas di luar negeri.

Empat pilar tersebut menjadi ukuran bagaimana QS melihat universitas dapat dikatakan sebagai universitas kelas dunia. Untuk indikator yang lebih spesifik kepada sekolah bisnis yang menghasilkan MBA QS memiliki indikator-indikator performansi antara lain:

· Reputasi sekolah oleh perekrut

Reputasi sekolah oleh perekrut berdasarkan kepada survei yang dilakukan QS terhadap 500 manajer HRD yang bertanggung jawab untuk memperkerjakan MBA di perusahaan mereka untuk mengidentifikasi sekolah bisnis internasional yang menghasilkan lulusan yang mereka gunakan saat ini.

Sekolah yang mincul sebagai urutan teratas mendapatkan nilai 3 dan sekolah kedua medapatkan nilai 2 dan sisa sekolah yang muncul diberikan nilai 1.

· Kemampubersaingan Siswa

Kriteria kemampuanbersaingan siswa adalah satu cara mengukur dan memastikan indvidu yang belajar dengan kemampuan dasar yang baik. Ukuran kriterianya diukur berdasarkan jumlah rasio aplikasi dengan tempat tersedia (20%), rata-rata nilai GMAT (60%), dan rata-rata pengalaman kerja (20%).

· Profil keragaman siswa

Banyak kandidat siswa memilih sekolah dengan siswa yang diterima beragam berdasarkan latar belakan dan gender yang berbeda. Hal tersebut memungkinkan pertukaran ide yang lebih beragam dan kesempatan untuk membangun jaringan.

Kriteria keragaman siswa antara lain diukur dari, lingkungan yang mendukung siswa internasional (bobot 33%), campuran siswa perempuan dan laki-laki (bobot 33% ) dan siswa yang belum pernah belajar bisnis dan manajemen pada gelar sarjananya.

· Kekuatan Pengajar

Kualitas pengajar sangat subjektif dan sulit untuk diukur, tetapi QS mengukur kekuatan pengajar berdasarkan:

· Presentase dari pengajar penuh waktu (10%) hal ini didasari jika terlalu banyak pengajar paruh waktu akan mengurangi kehandalan (reliability) dalam mengajar

· Presentase dari pengajar yang memiliki gelar PhD (15%) karena hal tersebut merupakan kriteria dari banyak sekolah yang teratas- walaupun ini mungkin akan dikesampingkan oleh departemen yang mengajarkan entrepreneurship.

· Presentase dari pengajar internasional (15%) karena tuntunan globalisasi maka jumlah pengajar domestik akan dibatasi.

· Presentase dari pengajar yang telah menerbitkan artikel (40%) pada satu dari 40 jurnal yang diakui dan lebih dari 5 jurnal lokal, hal ini diukur karena salah satu pendekatan terbaik untuk mengukur kemampuan riset pengajar.

· Jumlah pengajar yang telah menerbitkan artikel pada jurnal yang sama berulang kali (20%)

· Bantuan Keuangan dan Beasiswa

Kriteria ini berdasarkan kepada rasio anggaran tahunan sekolah untuk bantuan keuangan dan beasiswa kepada siswa (50%) dan jumlah total anggaran tahunan sekolah untuk bantuan keuangan dan beasiswa (50%)

· Penempatan Karir

Penempatan karir didasarkan kepada presentase lulusan yang telah bekerja dalam waktu tiga bulan setelah lulus (bobot 25%) dan rata-rata pendapatan dari lulusan (75%)



set performansi sudah ada tinggal bagaimana ukuran-ukuran tersebut diturunkan kedalam aktifitas sehari-hari dalam ITB. saya menggunakan pendekatan "value chain"-nya porter untuk mem-breakdown kegiatan-kegiatan dalam ITB. memang pendekatan value chain ini lebih cocok untuk manufaktur akan tetapi saya kira sangat komplit untuk menggambarkan kegiatan di ITB.


Michael Porter (1985) dalam bukunya “The Competitive Advantage” memperkenalkan model “Value chain”. terdiri dari serangkaian aktivitas yang secara umum dilakukan di berbagai perusahaan. Porter menyarankan bahwa aktivitas-aktivitas dalam organisasi dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu aktivitas utama (primary activities) dan aktivitas pendukung (support activities). Aktivitas utama merupakan aktivitas-aktivitas yang terlibat langsung untuk menghasilkan dan menyampaikan suatu barang atau jasa. Aktivitas pendukung merupakan aktivitas yang tidak terlibat langsung dalam penciptaan dan penyampaian barang atau jasa tetapi membantu aktivitas utama terlaksana dengan baik.

Masing-masing aktivitas primer dan aktivitas pendukung terbagi lagi kedalam aktivitas-aktivitas yang lebih spesifik antara lain:

Aktivitas Utama :

1. Inbound logistics : Mengacu kepada bagaimana mendapatkan bahan baku yang digunakan untuk memproduksi produk akhir

2. Operations : Proses mengubah input menjadi produk akhir yang diinginkan dengan penambahan nilai dilakukan kepada produk sepanjang proses.

3. Outbound logistics : Aktivitas menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan.

4. Marketing and Sales: Menangkap keinginan pasar dan menyampaikan barang atau jasa pada sasaran yang tepat.

5. Services: bagaimana memberikan pelayanan setelah produk atau jasa tersebut diterima oleh konsumen.

Aktivitas Pendukung

1. Human resource management: Rekrutmen, pelatihan, pengembangan, motivasi, dan kompensasi.

2. Infrastructure: Memasukkan semua jenis sistem pendukung termasuk struktur organisasi, manajemen perencanaan, pengendalian kualitas, budaya dan keuangan.

3. Procurement: Mendapatkan sumber daya dan negosiasi dengan penyuplai

4. Technology development: Mengatur informasi, membangun dan mengembangkan produk, mengembangkan proses yang lebih efisien dan meningkatkan kualitas


Model Value chain Porter pada awalnya dikembangkan untuk sektor manufaktur, akan tetapi dengan beberapa adaptasi, model Value chain Porter juga dapat diaplikasikan pada sektor jasa. Sebagai contoh Inbound logistic dapat diartikan sebagai receiving input to the business process (mendapatkan input kedalam proses bisnis). Berikut adapatasi value chain terhadap sektor jasa khususnya sektor pendidikan:

Aktivitas Utama :

1. Inbound logistics : Mendapatkan input bagi proses berikutnya

2. Operations : Proses mengubah input menjadi lulusan yang diinginkan

3. Outbound logistics : Aktivitas menyampaikan produk kepada pengguna.

4. Marketing and Sales: Menangkap keinginan pasar dan menyampaikan produk kepada pengguna.

5. Services: bagaimana memberikan pelayanan setelah produk tersebut diterima oleh konsumen.

Aktivitas Pendukung

1. Human resource management: Rekrutmen, pelatihan, pengembangan, motivasi, dan kompensasi.

2. Infrastructure: Memasukkan semua jenis sistem pendukung termasuk struktur organisasi, manajemen perencanaan, pengendalian kualitas, budaya dan keuangan.

3. Procurement: Mendapatkan sumber daya

4. Technology development: Mengatur informasi, membangun dan mengembangkan produk, mengembangkan proses yang lebih efisien dan meningkatkan kualitas.


karena panjang nanti diteruskan.

0 komentar:

Penggemar Blog IA-ITB :

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP