Jutawan dari Daerah Kumuh

>> Wednesday, February 25, 2009

Posted by: "agung hertanto" agungeka@yahoo.com agungeka
Wed Feb 25, 2009 8:12 am (PST)


Slum Dog Millionaire.

Jutawan Anjing Kumuh atau Anjing Kumuh Jutawan, itu kira
kira terjemahannya. Film yang memenangkan delapan Oscar.

Saya nonton film ini sebelum dinominasikan Oscar, bahkan
sebelum mendapat award/hadiah apapun. Film jenis ini
tidak jamak diputar di Amerika, karena bukan tipikal film
konsumsi masyarakat Amerika, sehingga hanya diedarkan secara
terbatas dikota-kota tertentu di Amerika, dan itupun
di movie theatre tertentu saja. New York City adalah
bastion (bentengnya) kaum liberal dan intelektual
Amerika, maka jenis film seperti ini juga diputar.

Slum Dog adalah low-budget movie, awalnya diragukan
oleh producernya akan mendatangkan duit. Bahkan rencananya
akan langsung dijual dalam bentuk DVD mem'bypass' tayangan
layar perak. Diragukan apakah akan ada peminatnya. Kalaupun
ada, apakah bisa menutup beaya operasi tayangan layar perak.
Pemasarannya kemudian diambil alih oleh Fox Searchlight
dari Warner Bros. Dari mulut kemulut film ini merebak
kemana-mana.

Film ini bercerita tentang seorang pemuda berasal dari
daerah kumuh dan buta huruf dan ikut TV Game Show yang
menghadiahi pemenangnya dengan uang jutaan rupee. Kalau
kita nonton film ini dan berhenti disitu tangkapan kita,
film itu menjadi mustahil dan kita salah baca. Film
ini justru menarik karena TV Game Show itu hanya
sebagai penguntai pengalaman-pengalaman sipemuda dan
kakak serta teman wanitanya sejak kecil.

Bagaimana dia sewaktu kecil hidup di daerah kumuh, bermain
main dengan ceria bersama teman-temannya dan kakaknya.
Bagaimana mereka sebagai kelompok tak-terjamah dan
minoritas muslim menjadi korban perburuan dan kekerasan
para Hindhu Fundamentalis (fundamentalis dimana mana
sama saja). Bagaimana mereka sebagai anak-anak
mengkais kais bukit sampah bersama anjing-anjing liar.
Bagaimana mereka ditinggal mati orang tuanya dan
tidak mampu sekolah (dus mereka buta huruf), kemudian
ditampung badan sosial yang sebetulnya kriminal itu,
mengkaryakan anak-anak yatim piatu sebagai pengemis
kota. Bagaimana kemajuan India mengabaikan mereka
yang miskin. Bagaimana sulitnya menerobos barier
kasta untuk memperbaiki nasib ekonominya, meskipun
harus ikut TV Game Show sekalipun. Bagaimana kakak
beradik dan putri itu terpisahkan, dan berakhir dengan
happy dan sad-ending sekaligus.

Para pemainnya (yang anak anak kecil) adalah anak lokal
dari daerah kumuh itu juga, dan sampai sekarang masih
tinggal didaerah itu. Mereka bermain sangat natural.
Ini mengagumkan. Di film itu juga tersirat Cinta itu
mampu bertahan dalam kemiskinan. Tentu saja bukan
film India kalau tidak ada tarian Bollywood.

Berlawanan dengan dugaan banyak orang, film
ini adalah adaptasi dari novel penulis
dan diplomat India, Vikas Swarup, yang memenangkan
hadiah Boeke Prize dan pernah dinominasikan untuk
Commonwealth Writers Prize. Novel ini kemudian
diadaptasi oleh Simon Beaufoy screen writer yang
ternama. Untuk menjiwai tulisan itu Beaufoy melakukan
riset di India (tiga kali berkunjung disana) dan
melakukan interview serta mengamati kehidupan
"anjing kumuh" India tempat film itu dibuat.
Apa yang dikatakan Buaufoy sangat menyentuh,
"I wanted to get (across) the sense of this
huge amount of fun, laughter, chat, and sense
of community that is in these slums. What you
pick up on is this mass of energy."
(Terjemahan bebas: Saya ingin menyampaikan luapan
rasa kegembiraan, tawa, canda, dan rasa kekeluargaan
yang hadir di daerah kumuh ini. Apa yang kita
petik disana adalah energi yang luar biasa).


Salam

0 komentar:

Penggemar Blog IA-ITB :

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP