Topi Pandan yang Menawan

>> Thursday, June 2, 2011


Oleh Cardiyan HIS



Bung Karno pun memakainya di kala jalan-jalan di tempat pembuangannya di Bengkulu, sampai mendapatkan sang pujaan hati Fatmawati.



Uang bisa diciptakan. Bukan hanya di Jakarta tetapi juga di desa-desa. Syaratnya asal selalu memiliki kreatifitas. Terlebih di desa-desa di Indonesia masih banyak tanah terlantar atau bahkan banyak ditemui halaman belakang rumah yang lumayan luas sementara ekonomi keluarga anda secara kebetulan pula sedang mengalami kemarau yang berkepanjangan. Kemudian anda ingin memiliki uang cukup. Bagaimana caranya?

Mulailah berfikir untuk menanam pohon Pandan. Apalagi kalau. kebetulan anda dianugerahi kebolehan dalam hal anyam-menganyam seperti yang dimiliki oleh penduduk di daerah Rajapolah (Tasikmalaya, Jawa Barat), pinggiran Tangerang (Banten), dan Gombong (Kebumen, Jawa Tengah), yang merupakan sentra-sentra kerajinan tangan.
Pohon Pandan (Pandanus tectorius) adalah tanaman asli Indonesia. Habitus yang baik bagi tumbuhnya pohon ini adalah di daerah pesisir sampai ketinggian 800 meter dari permukaan laut. Selain Pandanus tectorius -----yang adalah merupakan varietas unggul serta biasa digunakan sebagai bahan utama pembuatan topi Pandan----- dalam famili Pandan-pandanan ini terdapat pula pohon Pandan Jaksi (Pandanus pandanaceae). Namun species Pandan Jaksi ini lebih banyak digunakan untuk bahan anyaman topi Pandan yang kualitas kasar bahkan lebih cocok untuk bahan anyaman tikar Pandan. Selain morfologis Pandan Jaksi ini rata-rata lebih besar dari Pandanus tectorius, maka pada bagian punggung Pandan Jaksi, di bawah lengkung "talang air" -----yang merupakan ciri-ciri pohon Pandan----- tidak terdapat duri (spina) sebagaimana yang ada pada Pandanus tectorius. Serat yang dikandung baik oleh Pandanus tectorius maupun oleh Pandan Jaksi menyebabkan pohon ini jadi kesayangan para penganyam. Hal semacam ini ada pula pada pohon Panama (Panama americana) yang menjadi bahan utama topi Panama.

Di atas lubang-lubang galian sedalam 1 (satu) meter anak-anak pohon pandan yang merupakan bibit, ditanam. Sudah barang tentu tanah yang akan dijadikan tempat habitusnya itu harus sudah terjamin kompleks humusnya. Untuk memperoleh hal itu, orang melakukan tindakan pemupukan jauh sebelum waktu tanam dimulai, Biasanya, sebagaimana yang di lakukan kebanyakan penanam-penanam sekaligus penganyam pandan, di desa-desa kecamatan Rajapolah (Tasikmalaya) adalah mempergunakan pupuk alam. Entah kenapa, tapi kata mereka pupuk ini lebih baik dari pupuk kimia seperti Urea, Sendawa Chili, ZA. Yang jelas pupuk dari jenis terakhir ini memang cukup mewah untuk ukuran kantong mereka.


Suwakan
Jarak terbaik antara lubang situ dengan lainnya adalah antara 3 sampai 4 meter. Dan di musim penghujanlah konon waktu paling tepat untuk mulai menanam pohon ini. Pada musim ini segala kebutuhan bagi tumbuh baiknya pohon Pandan lebih banyak terjamin. Sebab orang menanam pohon Pandan terutama dengan harapan baiknya keadaan daun-daun pada waktu akan dipetik. Pernah, pada tahun 1960 petani-petani pohon Pandan di daerah Cihaurbeuti, Ciamis (tetangga kecamatan Rajapolah), mengalami kerugian besar karena salah memilih waktu tanam. Daun-daun Pandan pada mengering dan menghasilkan serat yang jelek-jelek. Pada musim kemarau panjang sekarang ini pun serat Pandan yang baik sulit didapatkan, sehingga mengakibatkan harga ayaran Pandan melonjak tinggi. Setelah itu dengan sedikit rajin membersihkan tumbuh-tumbuhan parasit seperti rumput Alang-alang (Imperata cylindrica) dan rumput Teki (Eleocharis dulcis) ditambah sedikit rasa sabar dalam membasmi hama pohon yang bernama Kepik Indol-Indol (Mylabris pustulata) yang terkenal amat rakus memakan-habiskan daun mudanya. Maka insya Allah dalam tempo 19 bulan, daun Pandan yang sedang mulai membesar itu sudah bisa dipetik.

Dalam hal ini, harap jangan diumbar rasa ingin kaya, hingga sekarang pemetikan dilakukan, habislah daun-daun itu. Cara paling selamat dan paling baik dalam hal petik-memetik ini adalah masing-masing pohon sebanyak 6 helai daun dua bulan sekali. Dengan pisau khusus, duri-duri yang ada padanya itu kita buang. Kemudian dengan alat sejenis yang bernama suwakan (micro stome), berukuran 5 x 2 cm, daun-daun selesai dipetik ini diiris-iris hingga seragam bentuknya. Untuk mendapatkan serat, irisan seragam itu direbus, direndam selama semalam, lalu dijemur. Sampai di sini serat yang akan digunakan menganyam itu sudah didapatkan. Tinggal lagi terserah pada keterampilan tangan yang akan menganyam. Dan duit sudah mulai bisa dihitung-hitung mulai dari sini.

Referensi:
HIS, Cardiyan, “Pandanus tectorius Plus”, Rubrik Ilmu, majalah Tempo, Jakarta, 18 Nopember 1972.
HIS, Cardiyan, “Topi Panama”, majalah Prima, Bandung, April 1973.

0 komentar:

Penggemar Blog IA-ITB :

  © Free Blogger Templates Skyblue by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP