Nofrins di balik geliat Pariwisata Sumbar
>> Tuesday, April 7, 2009
From: ok taufik
To: IA-ITB@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 08, 2009 9:01 AM
Subject: [IA-ITB] nofrins.di. balik.geliat
Ide menghidupkan jalur KA ini mustinya juga bisa di lakukan unuk jalur Bandung-soreang
---------------------
Subject: Nofrins; Kompas hari ini Halaman 16
http://cetak. kompas.com/ read/xml/ 2009/04/08/ 03293565/ nofrins.di. balik.geliat
.pariwisata. sumbar
Rabu, 8 April 2009 | 03:29 WIB
"Kacamata" baru tentang kampung halaman diperoleh Nofrins justru setelah dia
lama merantau ke luar Sumatera Barat. Keelokan alam yang merupakan potensi
pariwisata di tanah kelahiran itu baru disadari setelah dia mengunjungi
daerah dan negara tetangga.
Kesadaran itu meresahkan pemilik nama lengkap Yulnofrins Napilus. Ketika tak
banyak orang yang menjadikan keresahan itu sebagai pendorong tindakan nyata,
dia termasuk "tangan tak terlihat" yang ikut memajukan pariwisata Sumbar.
Berawal dari hobi memotret, Nofrins lantas mengoleksi foto-foto keindahan
panorama Sumbar, mulai dari pantai, pegunungan, dan obyek-obyek wisata lain
di Sumbar.
Memanfaatkan keahlian kawan membuat situs, dia merancang situs yang berisi
foto-foto berobyek alam Sumbar. Mula-mula, hanya foto jepretan kameranya
serta beberapa koleksi kawan yang terpajang di situs west-sumatra. com
tersebut.
Nofrins lalu menggandeng teman dan kenalan fotografer dari luar Sumbar untuk
datang dan memotret daerah ini. "Saya ingin orang dari luar Sumbar yang
memotret karena mereka umumnya bisa melihat hal menarik yang selama ini
dipandang biasa-biasa saja oleh orang Sumbar," ujar Nofrins yang
meninggalkan Sumbar sejak kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kini, situs yang dirintis tahun 2005 itu ramai diisi oleh fotografer dari
berbagai daerah. Orang asli Sumbar pun banyak yang memasukkan foto ke situs
ini. Setiap ada acara di Sumbar, Nofrins mengabari para pembidik foto agar
ikut mengabadikan momen yang nantinya ditayangkan di situs itu.
Penikmat foto dan pemberi komentar situs ini berasal dari berbagai kalangan,
mulai dari masyarakat Sumbar sampai para wisatawan dari berbagai negara.
Sampai pertengahan Maret 2009, pengunjung situs ini lebih dari satu juta
orang.
Beberapa foto yang ditampilkan di situs ini bahkan dibeli sejumlah instansi.
Jual-beli foto itu langsung menjadi urusan fotografer.
"Saya tak ada orientasi berjualan foto. Keinginan saya adalah memperkenalkan
Sumbar lewat foto. Mereka yang ingin menggunakan foto saya tidak dikenai
biaya, gratis," tutur Nofrins.
Rengkuh perantau
Gambar-gambar keindahan Sumbar ini rupanya menggoda perantau Minang di
seluruh dunia. Lewat milis perantau, Nofrins turut menggulirkan ide "pulang
basamo". Pulang kampung yang tak sekadar kembali ke kampung keluarga, tetapi
juga mengunjungi daerah lain di Sumbar sekaligus mengajak satu orang
non-Minang berkunjung bersama.
"Kalau satu wisatawan menghabiskan Rp 1 juta, berapa banyak uang yang masuk
ke Sumbar? Pariwisata itu melibatkan semua lapisan masyarakat secara
langsung, dari sopir taksi, pedagang kaki lima, hingga rumah makan. Semua
mendapatkan untung langsung dari kunjungan wisatawan," tuturnya.
Upaya merengkuh perantau ini ditambah pertemuan dengan mereka di pelbagai
negara. Pertemuan itu dilakukan di sela-sela urusan dinas perusahaan yang
mengharuskan Nofrins ke luar negeri. Hasilnya, terbentuk kelompok-kelompok
perantau di luar negeri yang ikut mengoordinasikan "pulang basamo".
Bola yang dia gelindingkan semakin besar. Kepalang basah, Nofrins kemudian
terjun juga menggagas perkembangan pariwisata lewat kereta api.
"Awalnya saya foto rel kereta yang sudah ditumbuhi rerumputan dan tidak
terawat. Padahal, pemandangan alam yang dilewati kereta api ini luar biasa
indah, melewati sejumlah tempat seperti Lembah Anai dan Danau Singkarak,"
ujarnya.
Provokasi lewat gambar itu dia lengkapi dengan penyebaran informasi tentang
potensi kereta api yang terbengkalai. Informasi itu disebarkan lewat milis
para perantau serta pesan singkat di ponsel. Upaya tersebut bisa membentuk
gerakan untuk mengembalikan lokomotif uap.
Media massa pun tidak luput dari sasaran pesan singkat maupun surat
elektronik yang disebarkan Nofrins, yang antara lain berisi informasi
mengenai perkembangan pemulangan kereta api yang mendapat sebutan Mak Itam.
Begitu kerapnya dia mengirimkan pesan singkat lewat ponsel, sampai-sampai
ada saja perantau atau kerabat yang justru meminta Nofrins terus mengirimkan
perkembangan kabar terbaru.
"Eh Nofrins, jaan sampai mati ko nak, iko buek pelapeh taragak kami dek
rantau ko mah (jangan sampai hilang, itu buat pelepas kangen kami yang
merantau)," pesan seorang perantau seperti ditirukannya.
Jalur emas
Kegelisahannya pada aset berharga itu diembuskan Nofrins kepada sejumlah
pihak. Lambat laun, kesadaran untuk menjadikan kereta api sebagai bagian
dari sektor pariwisata mulai terbangun.
Kegelisahan sejumlah pihak itu kemudian melahirkan Masyarakat Peduli Kereta
Api Sumatera Barat (MPKAS). Anggotanya memang belum banyak, paling-paling 10
orang di Sumbar dan Jakarta. Namun, simpatisan kereta api turut mendukung
"ular besi" ini kembali dihidupkan.
Satu demi satu prasarana kereta api disiapkan dengan bantuan berbagai pihak.
Rel yang tidak terurus mulai dibenahi, terutama untuk jalur Padang
Panjang-Sawahlunto. Jalur ini merupakan jalur emas pertambangan batu bara
sejak akhir abad ke-19.
Lobi untuk memulangkan lokomotif uap itu dari Ambarawa ke Sawahlunto ini
tidak mudah. Nofrins menghabiskan sekitar 1,5 tahun untuk melobi pemulangan
Mak Itam. Rencana itu pun masih diragukan banyak pihak, antara lain karena
tidak adanya teknisi loko uap di Sumbar. Namun, dia tak putus asa.
Gerakan para perantau juga dia gunakan untuk mendesak agar lokomotif
dikembalikan ke Sawahlunto. Tidak lupa, kekuatan foto menjadi bagian penting
dari keputusan pemulangan lokomotif uap itu. Akhirnya, Mak Itam kembali ke
Sawahlunto pada Desember 2008.
Hubungan baik dengan sejumlah sponsor membuat Nofrins mudah mendapatkan
bantuan, antara lain untuk pengecatan rel kereta api menjadi berwarna-warni,
serta gerbong kereta yang juga digambari.
Gerakan untuk menyemarakkan pariwisata di Sumbar tak berhenti sampai di
sini. Nofrins juga ikut mempromosikan keberadaan lokomotif uap tersebut
kepada sejumlah artis. Akhir Februari lalu, sejumlah artis datang ke Sumbar
atas ajakannya. Sayangnya, para artis ini tak banyak "digunakan" untuk
mempromosikan pariwisata dan kereta apinya.
Tak berhenti pada Mak Itam dengan jalur Padang Panjang-Sawahlunto, Nofrins
berharap jalur kereta api Padang Panjang-Payakumbuh juga bisa dihidupkan
kembali. Namun, tambahnya, pemulihan jalur ini tergolong berat karena
sebagian jalur tersebut sudah "ditumbuhi" rumah.
Meski begitu, ia tetap berusaha. Maka, tak lama kemudian muncul lagi pesan
singkat di ponsel dan surat elektronik Nofrins yang mengabarkan perkembangan
dukungan pemulihan jalur Padang Panjang-Payakumbuh. Taruih, da....
0 komentar:
Post a Comment